(Morotai, 18 April 2014)
 |
gorango = hiuuuu.... :O |
Apa? Gorango? Hah???
Mendengar kata itu,
langsung terlintas di pikiranku, seekor ikan buas dan ganas dengan rangkaian
gigi-giginya yang tajam yang menjadi predator bagi ikan lainnya, bahkan bisa
jadi ancaman bagi manusia apabila "bermain-main" di dekatnya. Nggak percaya? Coba saja. :P
Di beberapa daerah timur Indonesia, termasuk Maluku
Utara, Gorango ini adalah nama sejenis ikan, yang dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut Ikan Hiu. Hehe... Jadi Tanjung Gorango dapat disebut juga Tanjung
Hiu. wew... atut nggak? atut donk yaa.. hehe...
Entah kenapa dinamakan tanjung
Gorango. Dari beberapa teman dari Morotai yang aku tanya, belum ada yang bisa menjawab
dengan pasti. Beragam versinya. Salah satu ada yang mengatakan karena bentuk tanjungnya yang kayak ikan hiu. Tapi kalau aku perhatikan, kayaknya enggak deh. Atau mungkin mataku minus-ku ini yang salah liat yaak? hmm.. Entahlah. Atau, apakah banyak ikan gorango di situ seperti yang katanya banyak mondar mandir di perairan seputar Pulau Matita? Entahlah. Yang pasti aku
sangat penasaran.
Tanjung Gorango adalah sebuah
pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, terletak di Kecamatan
Morotai Utara, di antara Desa Gorua dan Korago, Kab. Pulau Morotai, Maluku
Utara. Pantainya persis berada di pinggir jalan umum ke arah utara pulau
Morotai. Dari Kota Daruba ke Tanjung Gorango membutuhkan waktu kira-kira 3 Jam
dengan mobil.
Kali ini aku akan bercerita
tentang pengalamanku ke Tanjung Gorango pada pertengahan April 2014 lalu. Satu rangkaian dengan tulisan sebelumnya tentang perjalanan ke pulau Morotai.
 |
Tempat mangkal mobil travel dekat pelabuhan Daruba, Morotai |
Dari penginapan di Daruba, kami
menyewa mobil dengan harga Rp. 300.000 (sudah termasuk pengemudi lho), di luar
bensin. Untuk ukuran Morotai, biaya ini sudah tergolong murah. Agak susah waktu itu mencari bensin, sehingga kami membeli lewat “pertamini”
dengan harga Rp. 10.000 per liter. Kita isi kalo tidak salah sekitar 10 liter
saja. Nah, yang jadi pengemudi waktu itu adalah bang Samsul, anak dari pemilik
penginapan.
 |
bang Samsul |
Sedikit cerita nih tentang bang
Samsul. Orangnya agak kurus, gondrong dan kribo. Rocker abisss…. Keren
pokoknya. Mengingatkan pada mantan gitaris band rock favoritku, Slash. Cuman
tampangnya lebih mirip Kaka Slank. Kalo yang belum kenal, pasti takut kali ya.
Tapi kalo udah diajak ngobrol, ternyata orangnya baik, supel, gokil, dan
humoris. Dijamin nggak bakal sepi selama perjalanan. Haha…
Sebelum berangkat, beli makan
dulu di warung dekat pelabuhan Daruba. Harganya standard. Paling-paling lebih mahal seribu dua ribu dari Tobelo. Nggak beda jauh banget lah. Kami beli nasi bungkus dengan selera makanan rumahan -bukan murahan lho yaa. awas, jangan salah baca. haha...- dengan harga Rp. 15.000.
Oke, logistik siap, perlengkapan siap, dan perjalanan pun dimulai sekitar
pukul 08.30 pagi. Suhu di Morotai pagi itu masih belum terlalu terik. Setara
lah dengan pukul 7.30 di Manado. Semakin siang, panas matahari akan semakin
menyengat. Kalau kata teman sih, matahari di Morotai rasanya seperti ada tiga. Ahhh.. lebay banget deh temanku itu. Bukan tiga keleus -bener gak nih nulisnya-, tapi masing-masing orang dapet satu mataharinya. Hehehehehe.....
 |
Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai |
Perjalanan menyusuri jalan utama
di pesisir pantai sebelah timur pulau Morotai. Kami melewati beberapa
perkampungan. Sepertinya jalan raya trans Morotai sementara dibangun. Beberapa
jalan di perkampungan sedang diaspal, ada yang dilebarkan, dan ada pula yang
baru dalam tahap persiapan. Terlihat dari material berupa pasir, tiang pancang
dan batu di pinggir jalan. Beberapa jembatan ada juga yang sedang dibangun. Ada
pula jalanan yang belum diaspal sama sekali alias masih tanah.
 |
Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai |
Sebelah kanan jalan kerap
disuguhi pemandangan laut. Yoi, Samudera terluas di dunia, Samudera Pasifik ada
di sebelah kanan kami sob.
Sepanjang perjalanan, bang Samsul banyak bercerita
mengenai Pulau Morotai, pengalamannya menyusuri hutan, serta hal-hal mistis
seputar pulau berjulukan Mutiara di bibir Pasifik ini, yang membuat perjalanan
terasa semakin lengkap.
 |
Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai, view Samudera Pasifik |
***
Btw, pas lagi nulis paragraf ini,
di TV salah satu stasiun tv (sebut saja net. :P) tiba-tiba diputar lagu
favoriteku, Sweet Child o’Mine by GNR. Tuh kan, apa kubilang. Pas banget habis
nyeritain tentang Slash dari Morotai. Hehehe…. Peace yoo bang…. Hehe….
**rehat sejenak menikmati lagu**
 |
G N' R.. You're rock...!!!! |
Hmm.. jadi ingat teman-teman GNR
gank jaman sekolah dulu.
Okeh, lanjut….
Wait… wait…. Bener2 dah nih
stasiun tipi.. bikin nggak konsen aja. Lanjut dia dengan Estrange, Patience,
Welcome to the jungle dan ngebahas tentang band ini….
*nikmatin lagu dulu sob…*
_beberapa menit kemudian..._
Oke. Kembali ke laptop.
Sampai di mana tadi? *scroll up*
***
 |
Mobilnya tempur melewati sungai |
 |
Kondisi jalan ke Tanjung Gorango |
Perjalanan ke Tanjung Gorango
bukan tanpa tantangan. Sesekali kami harus mencari jalan alternatif karena beberapa ruas jalan yang sedang dibangun. Belum lagi debu beterbangan dari medan yang masih tanah alias belum diaspal. Tadi udah aku ceritakan sedikit ya tentang kondisi jalannya. Nah, setelah sekitar 2 jam lebih perjalanan, di depan
kami ada sungai. Iya, bener sob. Sungai membentang sepanjang jambul khatulistiwa ala Syahroni. Jembatannya belum ada sob. Yang ada cuman sebuah rakit yang cukup
untuk motor saja. Hati ini hancur rasanya, jangan sampe rencana ke Tanjung Gorango yang katanya indah itu batal. Oh, tidaaakk. Pikiran ini terasa mulai nggak karuan... *galau sejenak*. Bang Samsul dengan sigapnya langsung keluar melihat keadaan di depan.
Fortunately, air lagi sedikit surut. Jadi nggak terlalu dalam –menurut
penerawangan bang Samsul– . Artinya apa? Tempur coy. Aduh, gimana nih bang
kalo ketahuan ibunya
karena mobilnya tempur sungai?.. hehe… Alhamdulillah, kami
bisa menyeberang dengan selamat. Maksudku, mobilnya selamat. Hehe…
 |
Jalanan tanah menanjak-menurun menuju Tanjung Gorango. hehe... |
 |
Tanjung Gorango view dari ketinggian |
Perjalanan masih berlanjut dengan jalanan tanah keras berdebu dan naik turun bukit. Tidak berapa lama, kami sampai di salah satu dataran yang agak tinggi. Mobil avanza yang kami tumpangi ternyata cukup tangguh juga. Dan tiba-tiba... Waaawwww..... Tanjung Gorango ada di bawah sana sob. Dari atas bukit ini, Nampak Tanjung Gorango
dengan lekukan-lekukannya indahnya yang seolah sedang menantang luasnya samudera Pasifik di hadapannya. Subahanallah....
 |
Tanjung Gorango, view dari jalan umum |
Tidak sampe berapa lama, kami
akhirnya tiba di Tanjung Gorango.
Letaknya pas berada di pinggir jalan. Jadi tidak perlu repot-repot jalan
kaki jauh-jauh untuk mencapai pantainya dari jalan umum. Hanya lima langkah dari rumah. Eh, "jalan raya" maksudnya. hehe...
Kesan pertama? Sunyi,
sepi, bersih, luas, ombak besar, dan pantai perawan. Ya, suasana yang sangat
langka untuk pantai seindah ini apalagi di hari libur weekend begini. Agak bingung juga sih awalnya, kenapa disebut
tanjung, padahal sudah jelas-jelas terpampang nyata kalau ini adalah sebuah teluk. Entahlah, nggak usah dipikirin kali
yaa.. yang penting indah. Indahhh sekali. Hehe…
 |
Tanjung Gorango, Morotai |
 |
Tanjung Gorango, Morotai |
Selain hamparan pasir putih, di
sisi kiri terdapat bebatuan serta bongkahan-bongkahan karang dan tebing yang menambah lengkap keindahannya. Awalnya aku
menyusuri sisi pasir putihnya, baru kemudian menuju ke sisi yang banyak bebatuannya. Tak
lupa jeprat jepret prat pret preeettt.. haha….
 |
Tanjung Gorango, Morotai |
Di tempat ini, kami bertemu
dengan sebuah keluarga petani penduduk setempat yang sedang duduk di pondok kecil depan
pantai. Sepertinya mereka lagi santai beristirahat setelah dari kebun. Menurut bang
Samsul dan kakek itu, apabila air surut, hamparan pasir akan menjadi sangat
luas, bahkan bisa sampe beberapa ratus meter. Cuman pada saat kami datang hari ini, air
lagi sedikit pasang, dan ombak lagi lumayan tinggi. Maka jadilah kami tergoda ingin
menikmati gulungan ombak itu. Kelihatannya ombak yang ada tingginya mungkin
mencapai lebih dari 3 meter. Karena pantainya cukup dangkal, makanya kami
berani main-main dengan ombaknya yang tinggi itu.
Sebelumnya, makan dulu sob. Laper.. Hehe....
 |
Mari makaaan.... |
 |
Tanjung Gorango, Morotai |
Tak lupa kamera underwater untuk mengabadikan gulungan
ombak dari dekat, merekam momen seru diterjang ombak, dan akhirnya kembali lagi
ke pinggiran pantai. Mengejar ombak yang besar seolah menyerahkan diri ini agar diterpa
oleh keangkuhannya. Seru sekali, dan kami hanya berempat seolah memiliki pantai
yang luas dan indah pada hari ini. Maaf ya, terlalu banyak kata seolah. haha...
Kami mengamati gulungan ombak. Menunggu ombak yang besar kemudian lari ke arahnya dan menantang dari arah berlawanan, kemudian hanyut di tengah gulungannya. Rasanya seperti anak-anak pantai gitu. Haha. Di tengah suasana hepi-hepi itu, tiba-tiba, wah, itu dia ada ombak yang besar.
Kejaaarrrr brooo….. Jlebbbb… dan… haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. Sambungan tali kamera
lepas. Oh my… Tadi aku nggak sengaja memencet kaitnya sehingga lepas
sambungannya. Kulihat dia lepas hanyut perlahan tepat di depanku. Kayak adegan slow motion di film-film gitu. Kucoba
meraihnya sekuat tenaga dengan menyelam ke arahnya, namun tiba-tiba ombak besar
menghatamku lagi menuju ke tepi pantai.
Oh… Perasaan jadi campur aduk, membayangkan momen-momen berharga yang
terabadikan itu ditelan oleh ganasnya ombak pantai Tanjung Gorango. T-T
Ya sudahlah, tidak ada gunanya
menyesal. Belum rejeki, kataku dalam hati. Untung Tanjung Gorango hanya mengambil kameranya, dan bukan orangnya -amit-amiiiiit... -Ambil hikmahnya saja. Lain kali
harus menggunakan floating strap. Padahal foto-foto dan rekaman diterjang ombak
tadi adalah momen yang langka. Sangat sangat langka. Apalagi momen lucu di mana pas si Jihad dihantam ombak besar dari belakang tadi. Hahaha.... Dan masih banyak rekaman lucu lainnya. Hadeh.. Biarlah dia membekas di
dalam hati saja. Hmmm… *putar lagu sendu* hehe…
 |
Kiri-kanan: Thox (aku), Ichad, bang Samsul, Jihad |
Pokoknya kalau sampe ada yang
menemukan kamera Nikon aw110 warna hitam dan memorinya berisi foto dan rekaman
kami, itu adalah punyaku. Nggak apa-apa ambil aja kameranya, yang penting
memorinya dikasih ke aku, setelah dicopy, aku kasih deh memorinya juga.
Hehehehe….. *masih ngarep :P*
Well, sudah dulu galaunya,
saatnya melanjutkan senang-senang bermain dengan ombak. Lupakan sejenak kamera
itu. Ayo kawan-kawan kita main lagi. Kerjar ombak ituuuu... haha…. Tentu saja foto-foto bermain ombaknya tidak bisa diposting di sini. :(
 |
Tanjung Gorango, Morotai |
Hari sudah semakin sore, saatnya
kami pulang kembali ke Daruba. Tentu saja melalui jalan yang tadi. Syukurlah
air di sungai belum naik, jadi kami masih bisa “meloloskan” diri. Seandainya
airnya naik, berarti kami tidak bisa pulang sore ini. Hehe..
 |
Perjalanan pulang ke Daruba, Morotai |
Suasana perjalanan pulang
ternyata enak juga. Pemandangannya lain dari arah berlawanan. Apalagi pas melalui jalanan yang berada di ketinggian. Samudera Pasifik lagi-lagi kelihatan sangat indah dari atas sini.
 |
Perjalanan pulang ke Daruba, Morotai. View Samudera Pasifik |
Sampai di Daruba
sudah sore. Siap-siap menikmati sunset. Aaahhh… sungguh pengalaman yang
tak terlupakan. Tanjung Gorango, sepertinya aku akan sangat merindukan tempat
ini.
***
Tips perjalanan ke Tanjung Gorango
Sebaiknya menggunakan mobil sendiri/sewa.
Perjalanan bisa dilanjutkan sekalian ke Tanjung Sopi, masih ke arah utara Pulau Morotai. Katanya tempat itu sering dikunjungi bule untuk berselancar. Taman lautnya juga bagus beud -bener gak ya nulisnya :P -.
Suasana menjelang sore di sini rasanya gimanaa gitu. Entahlah, tapi aku suka saat matahari sore menerpa pantainya sekitar jam 15.00. Semacam ada rasa damai yang tercipta dalam hati, pikiran dan perasaan -pengen muntah yaa... Haha.. -
*****
No comments:
Post a Comment