Search This Blog

Pages - Menu

Tuesday 4 August 2015

Jalan-jalan sendiri di Pulau Kumo


(Pulau Kumo - Halmahera Utara, 18 April 2015)

Pulau Kumo, sebuah pulau berpenghuni yang merupakan pulau pertama di perairan Halmahera Utara yang aku datangi. Pulau ini menjadi salah satu alternatif warga sekitar (Tobelo) yang ingin menikmati akhir pekan. Letaknya yang sangat dekat dengan Tobelo menjadikan akses transportasi ke pulau ini sangat mudah dan murah.

Pulau Kumo, Halmahera Utara

Masih teringat pengalaman pertama ke pulau ini, beberapa tahun yang lalu. Sore hari setelah pulang kerja, bersama beberapa teman sekantor. Waktu itu hampir semuanya nyebur di pantai, meski rata-rata tidak tahu berenang – termasuk aku :D –. Ya, tentu saja nyemplungnya di bagian pantai yang dangkal. Hehe…

Kemudian di hari sabtu beberapa bulan lalu, akupun kembali mengunjungi pulau berpenghuni ini. Lagi pengen sendiri menjelajah perkampungannya hingga ke tanjung tempat wisatanya.

Transportasi laut untuk mencapai pulau ini sangatlah mudah. Cukup menumpang perahu ketinting dari pelabuhan Tobelo dengan biaya Rp. 3000,- sekali jalan atau Rp. 6000 pulang pergi ke perkampunganya. Untuk ke tanjung tempat wisatanya, berlaku tarif yang sama pada hari biasa (Senin-Sabtu), sedangkan pada hari Minggu atau libur, tarif ke tanjung pulau Kumo tersebut menjadi Rp. 5000,- sekai jalan atau Rp. 10.000,- pulang pergi. Lama penyeberangan dari Tobelo ke pulau ini sangat singkat. Hanya 5 menit saja.

Pelabuhan Tobelo

Berbeda dengan perahu ketinting jalur ke Pulau Kakara atau Tagalaya yang biasanya parkir di pelabuhan rakyat di sebelah Pelabuhan Tobelo, untuk ke pulau Kumo, perahu ketintingnya berada di dalam pelabuhan Tobelo tersebut. Masuk ke dalam area pelabuhan, kemudian jalan lurus melewati tempat kapal penumpang hampir ke ujung dermaga, lalu belok kiri. Tepat di sebelah kontainer. Di situ, perahu ketinting sudah berjejer. Tinggal naik menunggu beberapa penumpang kemudian perahu siap menyeberang.

Tempat mangkal perahu katinting jurusan Kumo

“Mau turun di kampung atau Tanjung?” tanya pak pengemudi katinting.
“Di kampung aja pak,” kataku.

Penyeberangan ke Kumo

Perahu itupun mendekati pantai berpasir warna krem di depan kampung.

“Biasanya turunnya tidak di sini. Tetapi di pelabuhan kayu di sebelah sana,” kata bapak pengemudi ketinting tadi sambil menunjuk ke sebuah teluk yang dikelilingi pohon bakau. “Air lagi surut soalnya,”ia menambahkan.

Pantai di depan perkampungan Pulau Kumo

Aku mulai menyusuri bagian pantai ini menuju perkampungan. Kota Tobelo terlihat tenang dari sini. Pandanganku kemudian tertuju pada sebuah kapal setengah jadi yang sedang dikerjakan oleh beberapa tukang. Ya, penduduk pulau Kumo dikenal juga sebagai pembuat kapal yang trampil. Waw.. Belakangan aku baru tahu ternyata kapal tersebut merupakan pesanan salah satu kenalanku di Tobelo.

Pembuatan kapal tradisional di Pulau Kumo
Kota Tobelo tampak dari Pulau Kumo. Kebetulan ada perahu layar yang lagi parkir
Pantai di depan perkampungan pulau Kumo, tampak Halmahera Utara di seberang
Perjalanan aku lanjutkan menyusuri pesisir pantai di perkampungan, melewati sebuah Gereja yang biasanya kelihatan megah nun jauh dari Tobelo. Sesekali aku menyapa orang-orang kampung sekedar menanyakan arah jalan.
Desa Kumo
Desa Kumo
Perjalananku terhenti sejenak di sebuah jalan lingkungan dengan gapura di ujung jalan menghadap laut. Ada banyak anak-anak desa Kumo yang sedang bermain. Akupun jadi pusat perhatian mereka. Mungkin karena aku ini kelihatan kayak turis kali yaa, hehehe.. dengan jaket biru terang yang makin menyala norak warnanya karena sinar matahari siang, trus nenteng kamera besar dan tripod. Apalagi pas aku keluarin monopod, ada yang nyeletuk, “tongsis.. tongsis…” katanya. hehehe. Ya sudah, biar adik-adik nggak penasaran, aku ajak foto-foto bareng sambil nyobain tongsis. Dan merekapun tak segan-segan foto bareng. Mungkin karena umur kita nggak beda jauh kali yaa… Hehe… Sempat berkenalan dan foto-foto bareng dengan mereka. Beneran berkenalan lho. Bisa aku sebutin namanya lho satu-satu. :D
Dengan anak-anak dari Pulau Kumo
Ayo adik-adik, kita selfie dulu. hehehe...
Dari depan, kiri-kanan ke belakang: Aldo, Rian, Desi, Kris, Claudia, Marcelia, Frans, Lando
Perjalanan kemudian aku lanjutkan dengan tujuan menuju ke tanjung. Sebenarnya mau eksplore pulau lebih jauh lagi, tapi mengingat waktu, jadi aku skip dulu berlama-lama keluyuran di kampung orang. hehehe... Kampung di pulau Kumo ini cukup bersih dan asri. Di pekarangan rumah-rumah warga umumnya ditanami pohon dan bunga-bunga. Jadi ingat suasana desaku di Minahasa. Terdapat sekolah juga di sini. Di beberapa sisi jalan ada yang jual es lilin. Pas memang dengan cuaca di sini yang cukup terik.
Perkampungan Desa Kumo
Perkampungan Desa Kumo
Aku terus berjalan dengan tujuan menuju Tanjung, berbekal tanya-tanya di beberapa orang yang kebetulan berpapasan di jalan. Aku kemudian mencoba banting setir alias belok ke sebuah jalan setapak, berharap ini adalah shortcut. hehehe.... 
Jalan setapak. Ada bunga-bunga, nggak ada sampah.
Jalan setapak. Bersihnya...
Eh, aku malah nyasar ke sebuah dermaga kayu. Mau muter lagi, dah tanggung. Waktu semakin sore. Namun, wow, nggak sia-sia nyasar di sini, aku disuguhkan pemandangan yang indah, sunyi dan tenang. Suka banget sama suasananya yang hening begini. Hmmm…
Welcome to the island...
di atas dermaga perahu ke kampung Kumo

A silent wooden pier, Pulau Kumo - Halmahera Utara

Nah, tadi pas datang, sejatinya turunnya di sini nih. Namun seperti yang aku bilang, tadi air laut lagi surut. Dan sekarang, menjelang sore, air sudah mulai pasang. Jadi untuk ke tanjung, aku bisa menumpang sebuah perahu dari sini. Dekat banget, hanya beberapa detik aja dah nyampe. Sampe-sampe abang tukang perahu bingung mau kasih tarif berapa. Hehe…


Menuju ke Tanjung wisata pulau Kumo
Sampai di tanjung, ternyata sepi sekali. Di tanjung inilah tempat wisata andalan pulau ini. Hari ini, Sabtu, nggak ada pengunjung sama sekali. Yang ada hanya seorang ibu ditemani suaminya yang sedang bersih-bersih pantai. Dari si bapak aku mendapatkan informasi, bahwa pulau Kumo biasanya dipadati pengunjung hanya pada hari Minggu, terutama sore hari. Bapak ini juga bercerita bagaimana perkembangan wisata di pulau ini, termasuk bagaimana peran pemerintah selama ini. 
Welcome to Tanjung wisata Pulau Kumo, Halmahera Utara
Pantainya nih....
Tanjungnya bersih, rapi dan rindang oleh pepohonan. Ada beberapa papan himbauan yang bertuliskan pesan agar setiap orang yang ke sini menjaga kebersihan pantai dan tidak membuang sampah sembarangan. Ada sebuah bangunan di bagian tengah seperti aula terbuka yang bisa dimanfaatkan pengunjung misalnya untuk kegiatan kumpul-kumpul. Tidak jauh dari situ, ada beberapa rumah atau pondok yang biasanya menjual makanan yang hanya buka di hari Minggu. Di bagian pantai, ada sebuah dermaga kayu yang cukup kokoh. Ada tempat bilas dan toilet juga lho.
Ahhhhh........

Nah...
Jangan buang sampah sembarangan yaa....
lumayan buat nyantai
Tempat pertemuan
hmmm....
Aku belum melihat ada spot snorkeling di dekat pantai ini. Di bagian utara pulau memang dangkal, namun dasarnya berlumpur dan terhampar luas. Minim sekali terumbu karang. Belakangan aku dapat info dari salah satu kenalan di Dinas Pariwisata yang juga seorang guide diving, katanya di bagian belakang pulau atau sebelah timur ada spot untuk snorkeling atau diving yang bagus. “The best”, katanya.


Waktu sudah semakin sore, saatnya kembali. Aku dibantu oleh bapak tadi memanggil perahu yang lewat. Makasih pak. Hehe…

hahaha.... nyante broohh...

Kondisi laut sore itu lumayan bersahabat. Perahu yang aku tumpangi dipenuhi beberapa penduduk pulau Kumo yang akan menyeberang ke Tobelo. Tidak lupa selfie-an sama mereka. Lihat deh senyumnya.. hehe… :D 
Penyeberangan kembali ke PelabuhanTobelo
 


***

Tips jalan-jalan ke Pulau Kumo:
  • Tidak perlu carter perahu. Cukup naik yang reguler saja. Saat sore, sudah banyak perahu yang parkir siap mengantar para pengunjung untuk balik ke Tobelo. Kalo belum ada, tunggu saja perahu yang lewat dari kampung yang akan nyebrang ke Tobelo, trus dipanggil deh. Jangan lupa tepuk tangannya keras-keras atau teriak sekuat tenaga. Hehe…
  • Untuk ke tempat wisatanya, sebaiknya Minggu sore. Kecuali sobat yang tidak terlalu suka suasana ramai dan ingin menyendiri, monggo silahkan di hari lain selain hari Minggu atau libur. Hehe..
  • Ada warung di sini. Namun selain hari Minggu pastinya tutup. Jadi sebaiknya bawa bekal dari Tobelo. Lupa bawa? Tinggal nyebrang lagi ke Tobelo, toh cuman 5 menit. Hehe…
  • Hati-hati kalau mandi di sekitar dermaga, sepertinya ada bulu babi terutama di dekat tiang-tiang penyangga dermaga. Bagusnya sih pake booties biar aman kakinya.
 *****

Tuesday 28 April 2015

Snorkeling di Pantai Kupa-kupa


(Pantai Kupa-kupa – Halmahera Utara, 8 April 2014)

Setiap kali ke pantai, biasanya aku penasaran dengan kondisi bawah lautnya. Gimana terumbu karangnya, ikan-ikannya, dan lain sebagainya. Hehe… Demikian juga dengan pantai Kupa-kupa ini. Lautnya yang sangat tenang dan lumayan jernih membuatku makin penasaran.
Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara
Hallo sobat sekalian, kali ini aku akan menyambung postinganku sebelumnya tentang Pantai Kupa-kupa. Tidak hanya menikmati pantai dan berenang saja, tapi snorkeling juga patut untuk tidak dilewatkan apabila berkunjung di pantai yang sunyi dan berarus tenang ini. 
Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara
Biasanya sebelum snorkeling, aku mencari informasi meski sedikit tentang kondisi lautnya. Dari informasi yang aku dengar, katanya terumbu karang di sini kurang bagus. Hal ini diakibatkan karena adanya penangkapan ikan dengan menggunakan bom oleh nelayan sekitar. Namun, syukurlah aktifitas pengeboman ikan itu sudah lama ditinggalkan para nelayan. Mereka telah menyadari bahwa kerugian yang ditimbulkan akibat hal tersebut lebih besar daripada manfaat yang diraup dari laut ini. Senang mendengarnya… Hoho..

Aku snorkeling sendirian dan hanya di seputaran pantai saja, dengan kedalaman hingga sekitar 3 atau 4 meter-an saja. Sejauh pengamatanku, terumbu karangnya lumayan lah. Tidak sebagus, se-beraneka ragam dan sepadat seperti di Pulau Kakara atau Pulau Meti. Namun begitu, ikan-ikannya cukup banyak. Berikut ini beberapa foto di antaranya.

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Terumbu karang di Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Terumbu karang di Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara


Terumbu karang di Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara
Aku masih bisa melihat sedikit sisa-sisa “korban” bom ikan. Namun demikian, ada banyak karang-karang muda yang sepertinya sedang “recovery” di sini dengan kondisi yang bagus. Ah, syukurlah… Mudah-mudahan beberapa lama lagi akan makin bagus. Hehe…

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara

Bawah laut Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara
Terumbu karang di Pantai Kupa-kupa, Halmahera Utara
Oh, ya. Tidak ada tempat penyewaan alat snorkeling di sini. Jadi bawa sendiri ya…

***
Untuk tips bagaimana ke Pantai Kupa-kupa, bisa baca postinganku sebelumnya (klik di sini).

*****

Sunday 19 April 2015

Pulau Dodola, Hari ini setahun yang lalu (#HISTAL)


(Pulau Dodola, Morotai, 19 April 2014)
“Setiap kali mendengar kata Pulau Dodola, pikiranku segera menerawang membayangkan keindahannya. Pesona “jembatan pasir putih”-nya, jernih air di lautnya yang dangkal di atas pasir putih yang terhampar luas, bau pohon-pohonnya, dan terik mataharinya.”

Pulau Dodola, Morotai

Hampir mirip dengan tweet pak SBY yang akhir-akhir ini menambahkan hastag #HISTAL untuk mengenang pengalaman beliau hari ini beberapa tahun yang lalu. Cuman bedanya, mantan Presiden RI tersebut mempunyai kepanjangan Hari Ini Sepuluh Tahun Yang Lalu, sedangkan kepanjangannya menurut versiku kali ini adalah “Hari Ini Setahun Yang Lalu”. Hehe… Semoga beliau tidak keberatan aku pinjam akronimnya. :D

Ya, aku ingin bercerita pengalamanku pada hari ini tepat setahun yang lalu, yang berkesempatan kembali mengunjungi Pulau Dodola. Sebuah pulau yang membuatku jatuh cinta saat pertama kali melihat foto-foto-nya dan makin jatuh cinta, setelah pertama kali ke sana pada tahun 2012 lalu (klik disini). Okeh, anggap saja aku terlalu berlebihan, tapi ini beneran... hehehehe…

“Kalau belum ke Pulau Dodola, berarti belum ke Morotai”, kata salah satu temanku yang masih terngiang di telinga.

Kisah ini – bedeh… – merupakan bagian dari liburan long weekend di pulau Morotai pada postinganku sebelumnya tentang Tanjung Gorango dan Sunset di Morotai (silahkan di-klik kalo penasaran. Hehe…)
Saat itu masih mengira-ngira kira-kira akan menggunakan transportasi apa jika ke Pulau Dodola dari Daruba. Option pertama adalah menyewa perahu katinting, option kedua menyewa speedboat yang lebih mahal. Namun dari pemilik homestay kami sempat mendapat informasi, bahwa untuk ke pulau Dodola ada speedboat reguler punya Pemda (pemerintah daerah) yang lebih murah. 
Sarapan paginya ini. Entah apa namanya, ini khas Maluku Utara.

Pagi-pagi benar kami sudah bangun dan bersiap-siap. Tidak lupa sarapan terlebihdahulu. Salah satu makanan khas Maluku Utara (entah apa namanya) sudah siap di meja. Makanan ini terbuat dari beras dilengkapi dengan gula merah dan kelapa. Setidaknya itu adalah komposisi yang berhasil aku identifikasi. hehe... Dan setelah makan, kami menuju ke Pelabuhan Daruba.


Sesampainya di sana, perhatian kamipun tertuju ke sebuah tempelan di dinding yang lumayan membuat hati yang gundah gulana menjadi tenang. Hehehehe.... . Seperti ini penampakan tempelan tersebut.
Pelabuhan Speedboat/Kapal Kayu Daruba
Ini dia.....

Iya kan? Siapa yang tidak senang cobak. Jadi tidak perlu bersusah payah mencari speedboat atau perahu katinting, apalagi mesti capek-capek nego, paling males dah kalo urusan tawar menawar. Namun tantangan selanjutnya adalah…. Menunggu penumpang lain yang harus terkumpul minimal 13 orang. Fiuhhh… Bengonglah kami selama beberapa saat.
Suasana dermaga speedboat Daruba, sambil menunggu....
Tidak lama kemudian –sejam lebih euy–, orang-orang yang ingin ke Pulau Dodola makin berdatangan. Kamipun segera mendaftar agar tidak kehabisan kuota. Setelah kuota memenuhi forum alias mencukupi, rame-rame dah nyebrang.
Akhirnya... Dodola, we're coming....!!!!
Kami satu rombongan dengan beberapa orang tentara dengan rombongan mahasiswa. Salah seorang dari anggota TNI yang kebetulan meminjam perlengkapan snorkelingku bercerita bahwa mereka mengawal para mahasiswa selama beberapa bulan yang melakukan penelitian di belantara hutan Morotai. Dia juga mengatakan bahwa sampai saat itu, sebagian besar penugasannya adalah mengelilingi Indonesia dalam ekspedisi serupa. Wah, senangnya bisa ditugaskan menjelajah Indonesia. Baru tahu aku ternyata di TNI ada penugasan seperti itu. Dia bercerita pula pengalamannya panjang lebar menyusuri pulau Morotai lengkap dengan nuansa mistis yang pernah dialami.

Pulau Dodola Besar dan Kecil, tampak dari jauh.

Kembali ke Pulau Dodola. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, kamipun sampai di pulau yang merupakan icon wisata andalan Kab. Pulau Morota ini. Tidak banyak berubah dari pulau Dodola. masih asri dan indah. Bahkan kali ini aku merasa makin menikmati keindahannya. Mungkin karena suasananya yang sunyi, sangat berbeda sebagaimana tahun 2012 lalu yang ramai karena bersamaan dengan perhelatan Sail Indonesia di Morotai.
Speedboatnya menepi di sini untuk menurunkan penumpang


Kami kawan bertiga, aku Jihad dan Ichad, awalnya menuju ke bagian dermaga kayu kemudian lanjut menyusuri pantai di sebelah kiri pulau. Sunyi sekali di sini. Kami melihat seorang bapak nelayan yang sedang beraktivitas, menjemur ikan yang mungkin akan dijadikan ikan asin. Morotai juga dikenal sebagai penghasil ikan asin di Maluku Utara lho. Salah satu teman di kantor sering memesan ikan asin dari Morotai sebagai ole-ole ketika mudik ke kampung halamannya. Btw, halaman berapa emang? Hehehe…..

Menyusuri bagian kiri pulau Dodola Besar
Seorang nelayan yang sedang menjemur ikan di atas perahu katinting

Kami kemudian kembali ke dermaga kayu tadi. Aku ingat betul dua tahun yang lalu, ada papan namanya yang berdiri di dekat dermaga ini. Namun sekarang sudah tidak nampak lagi. Kutengok kiri kanan barangkali papan namanya udah berpindah tempat atau mungkin lagi sembunyi. Hehehe…. Ternyata tiangnya udah patah dan terbiar terlantar dan diabaikan di antara semak belukar. Kasihan… Tapi, oh, thanks God, tulisannya masih utuh dan jelas terbaca. Segera kami giring ke dermaga dan diajak foto bersama *terharu*

Dermaga kayu di Pulau Dodola. Kami bertiga aja, kiri-kanan: Jihad, Ichad, aku.

Ingin rasanya nyebur bermain air di seputaran dermaga kayu ini. Siapa cobak yang bisa nahan godaan air laut biru tosca dengan gradasi warna memukau sejernih kristal. Hadehhhh….

Pengen loncat.... @_@
Pengen nyebur... @_@

Kami dengan berat hati sepakat melewati sesi nyebur di bagian dermaga ini untuk menyisir bagian lain pulau yang tak kalah menggoda. Apa lagi kalo bukan meniti “jembatan pasir putih” menuju ke Pulau Dodola Kecil. Adalah hamparan pasir putih yang luas dan panjang, yang akan muncul tatkala air laut surut dan menghubungkan Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil.
Di pulau Dodola terdapat taman, pohon-pohon yang rindang, cottage dan bangunan pertemuan yang bisa disewa. Mau bakar ikan? silahkan... hehe...


Di pulau ini banyak ditumbuhi pohon-pohon, di antaranya pohon pinus, juga pohon-pohon yang mungkin sebangsa pinus. Nggak tahu namanya apa. hehe... Oke, mari kita lanjut ke "Jembatan Pasir Putih"-nya. Ini dia...
Di atas "Jembatan Pasir Putih" di Pulau Dodola. Tampak di seberang sana Pulau Dodola Kecil yang imut. hehe....
Di atas "Jembatan Pasir Putih" di Pulau Dodola. Di seberang sana Pulau Dodola Besar.
Siapa cobak yang mau bilang “jembatan pasir putih” ini tidak indah??? Hayo siapaa??? Aku aja yang mengetik bagian ini merasa masih merinding, terharu, berbinar bahkan hampir speechless karena sambil membayangkan keindahannya. Duuuhhh….. hehe..
I Love Dodola....
Thanks God I'm Here... Pulau Dodola....


Foto di atas tampak pulau Dodola Besar di belakang. aku jadikan backround blogku ini. :D Oke, lanjut yaaa foto2nya. hehehehe..... Kali ini dengan Pulau Dodola Kecil tampak di belakang kami.

Di atas "Jembatan Pasir Putih", tampak belakang: Pulau Dodola Kecil.

Penasaran dengan bentuknya di atas ketinggian, akupun mencoba memanjat di sebuah batang pohon di Pulau Dodola Kecil. Nggak sampe ke atas banget sih. Kamera dan tripodnya berat euy... hehehe.. Nah, seperti ini penampakannya dari atas.
Pulau Dodola dari ketinggian yang nggak terlalu tinggi. hehehe....
Salah satu tempat favouritku di sini adalah hamparan pasir putih luas dengan sisa-sisa air laut yang semakin surut tepat berada di sebelah kanan Pulau Dodola kecil. Pemandangan putih luas dan nyaris tersambung dengan pulau Kolorai nun jauh di sana semakin melengkapi pesonanya. Tak jarang ratusan mungkin bahkan ribuan burung camar sering menyambanginya, yang kemudian segera bubar tatkala aku mencoba mendekatinya.

Di ujung sana ada rombongan burung camar lagi arisan. Keliatan nggak??

Suatu ketika salah seorang teman, sebut saja namanya Benny, hehehe..., menanyakan tentang letak di mana di Pulau Dodola ini, hamparan pasir putih yang membentuk bekas riak-riak ombak. Akupun penasaran. Oke, I'm in a mission. Sebagai teman yang baik hati, tidak terlalu sombong dan rajin menabung, aku coba cari yaa bro, mudah-mudahan ketemu. Hehehe...

Katanya lagi, mungkin di atas "Jembatan Pasir Putih" antara Dodola Kecil dan Besar. Dan suatu ketika hampir sebulan setelah liburan ini (tanggal 14 Mei 2014) -alhamdulillah ke sini lagi :D- secara tidak sengaja aku menemukan riak-riak yang mungkin itu yang dimaksud bang Benny. Namun letaknya di hamparan pasir putih setelah pulau Dodola Kecil ini -yang aku bilang tempat favoritku di atas itu lho. hehe... -. Agak jauh memang, dan biasanya orang-orang jarang ke sana. Mungkin jejak riak-riak itu bisa terbentuk di "Jembatan Pasir Putih" atau area yang lain, tergantung mood-nya si ombak kali yaaa. Ya iya lah, suka-suka si ombak donk yaa, gak boleh maksa. Kalo mau, coba bikin aja sendiri. hehehe.... Berikut penampakannya @_@
Riak-riak di atas pasir ini.. indah sekali...
Liat riak-riak di atas pasir yang bersih begini, jadi pengen tidur2an. hehehe....

Setelah belum puas menjelajah Pulau Dodola Kecil, kami kembali ke Pulau Dodola Besar. Tapi sebelumnya, kami duduk-duduk berteduh sejenak melepas lelah di bawah rimbunnya pohon di Pulau Dodola Kecil, sambil menikmati indahnya pulau-pulau dan laut yang berjulukan "Mutiara di Bibir Pasifik" ini.

Berteduh sejenak di Pulau Dodola Kecil
Berteduh di Pulau Dodola Kecil sambil narsis adalah kewajiban. haha....

Dari Pulau Dodola Kecil, kembali kami menuju Pulau Dodola Besar. Di sini aku kemudian mengobati kekecewaan terpendamku dua tahun yang lalu. Apa itu? Menikmati laut di Pulau Dodola. Berenang cuyyyyy…… hihihihi…. *tertawa tante girang*
Siap-siap mau nyebur...
foto dulu lah.. pinjem sebentar fins-nya buat pemanis buatan. hehe...

2 (dua) tahun yanglalu aku mengira pantai di depan pulau Dodola ini cukup dalam, karena warna hijau gelap air laut yang berjarak beberapa meter dari bibir pantai. Setelah aku berenang, eh ternyata aku salah besar. Area yang aku anggap dalam tadi ternyata relatif dangkal. Mungkin hanya sekitar 2 meter-an. Warna hijau gelap yang nampak dari atas itu karena rumput yang tumbuh di dasar pantai. Jarang kulihat terumbu karang. Namun sempat menemukan beberapa anemone lengkap dengan ikan badutnya. Air lautnya yang tenang makin membuatku bersemangat berlama-lama berenang. Sayang sekali aku tidak bisa mengabadikan kondisi bawah lautnya, karena kamera underwater-ku diambil sama Tanjung Gorango pada hari sebelumnya *sedih*

Yesss... nyeburrrr....!!!!!

Siang semakin lewat mendekati sore. Kamipun harus bersiap-siap untuk kembali. Air di bagian pantai semakin surut juga. Suasana sore menurutku semakin indah. Terangnya mentari yang tidak seterik siang tadi yang mulai miring ke arah barat membentuk bayangan pohon yang disinarinya menambah nuansa tentram di pulau ini. Hmmm.... berat rasanya harus berpisah lagi denganmu Dodola...

Menjelang sore di Pulau Dodola.

Kemudian pura-pura tersadar, kalau hari ini adalah hari minggu, dan besok Senin harus ngantor lagi. Rasa rindu dengan Pulau Dodola pun mulai tumbuh seiring dengan berpisahnya speedboat dari bibir pantai menuju kembali ke Daruba.
I'll miss you, Dodola @_@
Pikiranpun tambah kalut karena sore harinya harus kembali pulang ke Tobelo. Hadehhh :( *sambil menatap kondisi ombak*

Seperti pada postingan pulau Dodola sebelumnya, aku ingatkan, hati-hati dengan terik panas mataharinya. Terlalu enjoy menikmati pulau Dodola akan membuat anda lupa dengan kulit yang semakin gosong. Hehehe….

I Love Dodola…. I Love Morotai :D

Semoga suatu saat kita ke sini lagi yaakk.. hehe... (sial, posenya nggak kompak, hehe...)
 ***

Tips perjalanan ke Pulau Dodola

  • Sesuai foto di atas, speedboat reguler setiap Sabtu dan Minggu dengan tariff Rp. 60.000 PP per orang. Jangan lupa langsung daftar biar nggak kehabisan kuota. Atau kalau rombongan dan yang lain masih sibuk dandan, salah satu bisa datang duluan untuk booking.
  • Bisa sewa speedboat mulai Rp. 500.000,- dan silahkan nego untuk sekalian ke pulau-pulau sekitarnya, misalnya pulau Zum-zum (tempat nyantai om Jenderal Mc. Arthur jaman perang dulu).
  • Sempatkan menjelajahi hamparan pasir putih di sebelah Pulau Dodola Kecil sampe hampir mendekati ujungnya. Kebanyakan orang aku lihat jarang ke situ. Mungkin karena jauh. Padahal di situ pasir putihnya yang halus sering membentuk riak-riak ombak dan bagus buat objek foto.
  • Nikmati, nikmati dan nikmati keindahannya. Jangan takut gosong. Hehehe…

*****