Search This Blog

Pages - Menu

Friday 24 October 2014

Snorkeling di Pulau Kakara


Tulisan ini adalah tambahan untuk tulisanku sebelumnya tentang Pulau Kakara di sini dan di sini.
Di bawah dermaga kayu Pulau Kakara
Tidak lengkap rasanya kalau udah nyebrang ke pulau Kakara dan tidak snorkeling atau bahkan diving. Untuk diving, di pulau ini sudah tersedia sebuah diving center. Perlengkapan diving yang tersedia cukup memadai. Namun terlebih dahulu sobat harus menghubungi dinas pariwisata setempat terkait fasilitas dan guide. Aku belum pernah coba diving sih. Soalnya belum bisa. Hehe... Baru rencana ingin belajar. Kata temanku yang sudah pernah kursus diving di sini, biayanya Rp. 250.000,- per orang untuk setiap kali pertemuan. Sedangkan untuk yang sudah mahir dan ingin menjelajah, biayanya lebih murah.
Diving Center di Pulau Kakara
Karena aku belum pernah diving, maka kali ini akan membahas lebih banyak tentang snorkeling saja. Hehe…

Kalau sobat bertanya, di mana tempat snorkeling yang bagus di Halmahera Utara, maka biasanya yang akan aku sebutkan pertama kali adalah pulau Kakara. Kenafa? Kenafaa? Kenaffa eh kenaffa??? Hehe… Karena pulau ini salah satu favoritku. Lho? Trus kenaffaaa??? Hehe… Salah satu kelebihannya menurutku adalah karena spot snorkelingnya sangat luas dan terletak di pinggiran pantai bagian utara pulau. Jadi tidak perlu naik perahu lagi dari area pulau untuk sekedar snorkeling. Selain itu, karangnya masih banyak yang bagus, meskipun didominasi oleh karang yang keras. Ikan-ikannya juga sangat banyak dan beragam. 


Selain di bagian utara pulau yang merupakan lokasi favorit, area snorkeling juga sepertinya terdapat di bagian selatan, yang akan dilewati kalau kita naik perahu menuju ke perkampungan atau saat menuju ke pulau Tagalaya. Tapi sampai saat ini aku belum pernah coba spot ini. Hanya melihat dari atas perahu saja. Hehe…
Mendekati pulau Kakara bagian selatan, perjalanan dari Pulau Tagalaya
Setelah perahu mendarat di pulau, tinggal jalan menyusuri pantai ke arah utara. Di situ, hamparan luas terumbu karang telah siap untuk dijelajahi. Coba deh naik di menara kecil yang ada di pinggir pantai di situ, dan lihat ke laut. Semua terpampang nyata dari atas sini. Hehe..
View dari atas menara kecil di pinggir pantai Pulau Kakara
Waktu yang tepat untuk menjelajahi pulau adalah saat air laut pasang. Saat air laut surut, terumbu karang di pulau ini banyak yang tampak ke permukaan bahkan sampai kelihatan keluar. Area snorkeling akan menjadi semakin dangkal. Jadi sudah tidak nyaman untuk snorkeling. Badan bisa lecet-lecet terkena sabetan karang yang keras, belum lagi karangnya bisa patah-patah dan rusak karena tertindih badan. Kasian kan. Hehe…
 
view pantai dari laut, dengan air yang jernih :O
view dari laut. yang titik-titik warna biru itu ikan lho.... :O

kalo yang itu orang lho ya (si Dzikri), bukan ikan. Haha....
Untuk yang belum bisa berenang atau baru belajar snorkeling, area pinggiran pantai bisa menjadi tempat belajar.

Narsis dulu... hehe....
spot snorkeling di pinggiran pantai

area di dekat pantai didominasi oleh jenis karang keras

Semakin menuju ke tengah

Terumbu karang masih bagus dan padat sekali

Sampai beberapa puluh meter dari bibir pantai ke arah laut, masih sangat dangkal dan didominasi oleh jenis terumbu karang yang keras. Terumbu karangnya sangat padat nyaris tak memberikan celah untuk dasar laut. Berbagai jenis ikan pun warna warni tampak wara wiri dengan sombong dan angkuhnya di sekitar sini. Meski kalau didekati pasti kabur mereka. Hehe..

Eksis lagi ah... hehe..

Masih di pinggiran pantai nih sob
Sambil foto2.hehe...

Ini apa ya namanya?

Terumbu karangnya padat sekali.
Di area dangkal ini Dijamin tidak akan tenggelam. Tapi hati-hati kalau mau berpijak, jangan tergoda untuk menginjak karangnya. Meski kelihatan keras, tapi bisa patah. Untuk berpijak, carilah bongkahan yang kuat - aku revisi kalimat ini (02/08/2015) karena baru tahu - sebaiknya jangan pernah minginjak atau menyentuh karang, meskipun itu kelihatan berupa bongkahan yang kuat atau kokoh. Jangankan menginjak, menyentuh dengan tangan saja sudah bisa membuat terumbu karangnya mati. Informasi ini aku peroleh dari seorang teman seorang peneliti laut, dan dari artikel di internet.

Semakin mendekati area yang lebih dalam, terumbu karangnya semakin beragam dan semakin bagus. Terumbu karang jenis soft coral akan lebih mudah ditemukan. Ikan-ikannya akan semakin banyak dan ukuran semakin besar. Apalagi kalau sudah mendekati area “jurang” atau orang sini biasa menyebutnya “tubir”. Ikan-ikannya semakin padat dan beragam saja. 

Dari sekian banyak ikan, ini salah satunya yang gampang didekati

Ikannya sadar kamera lho. haha...

Peace bro... haha...

si Dzikri.



Tarik napas dulu sob. Haha... :D

Salah satu foto favoritku nih sob. Hehe....
Oh, ya. Selain tips perjalanan ke Pulau Kakara yang sudah pernah aku tulis di postingan sebelumnya di sini dan di sini, ada tambahan tips lagi nih sob. Jangan lupa bawa baterai cadangan. Waktu ambil foto-foto di atas, pas sudah mendekati area jurang/tebing, tiba-tiba baterai kameraku drop. Padahal di situ ikannya banyak sekali dan terumbu karangnya sangat indah. Jadi jangan sampai hal ini terjadi, ntar nyesel lho. hehe.... Satu lagi, mari kita jaga kelestarian terumbu karang. Jangan sembarangan menginjak, mengambil apalagi mengebom. Hehe... 
Salah satu foto favoritku. Makasih mba' Marlina, fotonya bagus. Aku kelihatan keren. haha...
Masih banyak kekayaan alam bawah laut di Indonesia tercinta ini yang belum banyak dikenal, namun tak kalah indahnya.


*****


Monday 20 October 2014

Menikmati Pesona Pantai Tanjung Gorango


(Morotai, 18 April 2014)

gorango = hiuuuu.... :O

Apa? Gorango? Hah???

Mendengar kata itu, langsung terlintas di pikiranku, seekor ikan buas dan ganas dengan rangkaian gigi-giginya yang tajam yang menjadi predator bagi ikan lainnya, bahkan bisa jadi ancaman bagi manusia apabila "bermain-main" di dekatnya. Nggak percaya? Coba saja. :P

 

Di beberapa daerah timur Indonesia, termasuk Maluku Utara, Gorango ini adalah nama sejenis ikan, yang dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut Ikan Hiu. Hehe... Jadi Tanjung Gorango dapat disebut juga Tanjung Hiu. wew... atut nggak? atut donk yaa.. hehe...

 

Entah kenapa dinamakan tanjung Gorango. Dari beberapa teman dari Morotai yang aku tanya, belum ada yang bisa menjawab dengan pasti. Beragam versinya. Salah satu ada yang mengatakan karena bentuk tanjungnya yang kayak ikan hiu. Tapi kalau aku perhatikan, kayaknya enggak deh. Atau mungkin mataku minus-ku ini yang salah liat yaak? hmm.. Entahlah. Atau, apakah banyak ikan gorango di situ seperti yang katanya banyak mondar mandir di perairan seputar Pulau Matita? Entahlah. Yang pasti aku sangat penasaran.

 

Tanjung Gorango adalah sebuah pantai yang berhadapan langsung dengan Samudera Pasifik, terletak di Kecamatan Morotai Utara, di antara Desa Gorua dan Korago, Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara. Pantainya persis berada di pinggir jalan umum ke arah utara pulau Morotai. Dari Kota Daruba ke Tanjung Gorango membutuhkan waktu kira-kira 3 Jam dengan mobil.

 

Kali ini aku akan bercerita tentang pengalamanku ke Tanjung Gorango pada pertengahan April 2014 lalu. Satu rangkaian dengan tulisan sebelumnya tentang perjalanan ke pulau Morotai.

Tempat mangkal mobil travel dekat pelabuhan Daruba, Morotai

Dari penginapan di Daruba, kami menyewa mobil dengan harga Rp. 300.000 (sudah termasuk pengemudi lho), di luar bensin. Untuk ukuran Morotai, biaya ini sudah tergolong murah. Agak susah waktu itu mencari bensin, sehingga kami membeli lewat “pertamini” dengan harga Rp. 10.000 per liter. Kita isi kalo tidak salah sekitar 10 liter saja. Nah, yang jadi pengemudi waktu itu adalah bang Samsul, anak dari pemilik penginapan.  


bang Samsul
Sedikit cerita nih tentang bang Samsul. Orangnya agak kurus, gondrong dan kribo. Rocker abisss…. Keren pokoknya. Mengingatkan pada mantan gitaris band rock favoritku, Slash. Cuman tampangnya lebih mirip Kaka Slank. Kalo yang belum kenal, pasti takut kali ya. Tapi kalo udah diajak ngobrol, ternyata orangnya baik, supel, gokil, dan humoris. Dijamin nggak bakal sepi selama perjalanan. Haha…

Sebelum berangkat, beli makan dulu di warung dekat pelabuhan Daruba. Harganya standard. Paling-paling lebih mahal seribu dua ribu dari Tobelo. Nggak beda jauh banget lah. Kami beli nasi bungkus dengan selera makanan rumahan -bukan murahan lho yaa. awas, jangan salah baca. haha...- dengan harga Rp. 15.000.

 

Oke, logistik siap, perlengkapan siap, dan perjalanan pun dimulai sekitar pukul 08.30 pagi. Suhu di Morotai pagi itu masih belum terlalu terik. Setara lah dengan pukul 7.30 di Manado. Semakin siang, panas matahari akan semakin menyengat. Kalau kata teman sih, matahari di Morotai rasanya seperti ada tiga. Ahhh.. lebay banget deh temanku itu. Bukan tiga keleus -bener gak nih nulisnya-, tapi masing-masing orang dapet satu mataharinya. Hehehehehe.....

Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai
Perjalanan menyusuri jalan utama di pesisir pantai sebelah timur pulau Morotai. Kami melewati beberapa perkampungan. Sepertinya jalan raya trans Morotai sementara dibangun. Beberapa jalan di perkampungan sedang diaspal, ada yang dilebarkan, dan ada pula yang baru dalam tahap persiapan. Terlihat dari material berupa pasir, tiang pancang dan batu di pinggir jalan. Beberapa jembatan ada juga yang sedang dibangun. Ada pula jalanan yang belum diaspal sama sekali alias masih tanah.

Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai

Sebelah kanan jalan kerap disuguhi pemandangan laut. Yoi, Samudera terluas di dunia, Samudera Pasifik ada di sebelah kanan kami sob. 

 

Sepanjang perjalanan, bang Samsul banyak bercerita mengenai Pulau Morotai, pengalamannya menyusuri hutan, serta hal-hal mistis seputar pulau berjulukan Mutiara di bibir Pasifik ini, yang membuat perjalanan terasa semakin lengkap.

 
Perjalanan ke Tanjung Gorango, Morotai, view Samudera Pasifik

***

Btw, pas lagi nulis paragraf ini, di TV salah satu stasiun tv (sebut saja net. :P) tiba-tiba diputar lagu favoriteku, Sweet Child o’Mine by GNR. Tuh kan, apa kubilang. Pas banget habis nyeritain tentang Slash dari Morotai. Hehehe…. Peace yoo bang…. Hehe….

 

**rehat sejenak menikmati lagu**

G N' R.. You're rock...!!!!

Hmm.. jadi ingat teman-teman GNR gank jaman sekolah dulu. 

 

Okeh, lanjut….

 

Wait… wait…. Bener2 dah nih stasiun tipi.. bikin nggak konsen aja. Lanjut dia dengan Estrange, Patience, Welcome to the jungle dan ngebahas tentang band ini….

*nikmatin lagu dulu sob…*

 

_beberapa menit kemudian..._

Oke. Kembali ke laptop.

Sampai di mana tadi? *scroll up*

***

 

Mobilnya tempur melewati sungai
Kondisi jalan ke Tanjung Gorango
Perjalanan ke Tanjung Gorango bukan tanpa tantangan. Sesekali kami harus mencari jalan alternatif karena beberapa ruas jalan yang sedang dibangun. Belum lagi debu beterbangan dari medan yang masih tanah alias belum diaspal. Tadi udah aku ceritakan sedikit ya tentang kondisi jalannya. Nah, setelah sekitar 2 jam lebih perjalanan, di depan kami ada sungai. Iya, bener sob. Sungai membentang sepanjang jambul khatulistiwa ala Syahroni. Jembatannya belum ada sob. Yang ada cuman sebuah rakit yang cukup untuk motor saja. Hati ini hancur rasanya, jangan sampe rencana ke Tanjung Gorango yang katanya indah itu batal. Oh, tidaaakk. Pikiran ini terasa mulai nggak karuan... *galau sejenak*. Bang Samsul dengan sigapnya langsung keluar melihat keadaan di depan. Fortunately, air lagi sedikit surut. Jadi nggak terlalu dalam –menurut penerawangan bang Samsul– . Artinya apa? Tempur coy. Aduh, gimana nih bang kalo ketahuan ibunya

karena mobilnya tempur sungai?.. hehe… Alhamdulillah, kami bisa menyeberang dengan selamat. Maksudku, mobilnya selamat. Hehe…

Jalanan tanah menanjak-menurun menuju Tanjung Gorango. hehe...

Tanjung Gorango view dari ketinggian

Perjalanan masih berlanjut dengan jalanan tanah keras berdebu dan naik turun bukit. Tidak berapa lama, kami sampai di salah satu dataran yang agak tinggi. Mobil avanza yang kami tumpangi ternyata cukup tangguh juga. Dan tiba-tiba... Waaawwww..... Tanjung Gorango ada di bawah sana sob. Dari atas bukit ini, Nampak Tanjung Gorango dengan lekukan-lekukannya indahnya yang seolah sedang menantang luasnya samudera Pasifik di hadapannya. Subahanallah....

 

Tanjung Gorango, view dari jalan umum

 Tidak sampe berapa lama, kami akhirnya tiba di Tanjung Gorango.  Letaknya pas berada di pinggir jalan. Jadi tidak perlu repot-repot jalan kaki jauh-jauh untuk mencapai pantainya dari jalan umum. Hanya lima langkah dari rumah. Eh, "jalan raya" maksudnya. hehe... 

 

Kesan pertama? Sunyi, sepi, bersih, luas, ombak besar, dan pantai perawan. Ya, suasana yang sangat langka untuk pantai seindah ini apalagi di hari libur weekend begini. Agak bingung juga sih awalnya, kenapa disebut tanjung, padahal sudah jelas-jelas terpampang nyata kalau ini adalah sebuah teluk. Entahlah, nggak usah dipikirin kali yaa.. yang penting indah. Indahhh sekali. Hehe…

Tanjung Gorango, Morotai

Tanjung Gorango, Morotai

Selain hamparan pasir putih, di sisi kiri terdapat bebatuan serta bongkahan-bongkahan karang dan tebing yang menambah lengkap keindahannya. Awalnya aku menyusuri sisi pasir putihnya, baru kemudian menuju ke sisi yang banyak bebatuannya. Tak lupa jeprat jepret prat pret preeettt.. haha….

 

Tanjung Gorango, Morotai

Di tempat ini, kami bertemu dengan sebuah keluarga petani penduduk setempat yang sedang duduk di pondok kecil depan pantai. Sepertinya mereka lagi santai beristirahat setelah dari kebun. Menurut bang Samsul dan kakek itu, apabila air surut, hamparan pasir akan menjadi sangat luas, bahkan bisa sampe beberapa ratus meter. Cuman pada saat kami datang hari ini, air lagi sedikit pasang, dan ombak lagi lumayan tinggi. Maka jadilah kami tergoda ingin menikmati gulungan ombak itu. Kelihatannya ombak yang ada tingginya mungkin mencapai lebih dari 3 meter. Karena pantainya cukup dangkal, makanya kami berani main-main dengan ombaknya yang tinggi itu.

 

Sebelumnya, makan dulu sob. Laper.. Hehe.... 
Mari makaaan....

Tanjung Gorango, Morotai

Tak lupa kamera underwater untuk mengabadikan gulungan ombak dari dekat, merekam momen seru diterjang ombak, dan akhirnya kembali lagi ke pinggiran pantai. Mengejar ombak yang besar seolah menyerahkan diri ini agar diterpa oleh keangkuhannya. Seru sekali, dan kami hanya berempat seolah memiliki pantai yang luas dan indah pada hari ini. Maaf ya, terlalu banyak kata seolah. haha...

 

Kami mengamati gulungan ombak. Menunggu ombak yang besar kemudian lari ke arahnya dan menantang dari arah berlawanan, kemudian hanyut di tengah gulungannya. Rasanya seperti anak-anak pantai gitu. Haha. Di tengah suasana hepi-hepi itu, tiba-tiba, wah, itu dia ada ombak yang besar. Kejaaarrrr brooo….. Jlebbbb… dan… haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. Sambungan tali kamera lepas. Oh my… Tadi aku nggak sengaja memencet kaitnya sehingga lepas sambungannya. Kulihat dia lepas hanyut perlahan tepat di depanku. Kayak adegan slow motion di film-film gitu. Kucoba meraihnya sekuat tenaga dengan menyelam ke arahnya, namun tiba-tiba ombak besar menghatamku lagi menuju ke tepi  pantai. Oh… Perasaan jadi campur aduk, membayangkan momen-momen berharga yang terabadikan itu ditelan oleh ganasnya ombak pantai Tanjung Gorango. T-T

 

Ya sudahlah, tidak ada gunanya menyesal. Belum rejeki, kataku dalam hati. Untung Tanjung Gorango hanya mengambil kameranya, dan bukan orangnya -amit-amiiiiit... -Ambil hikmahnya saja. Lain kali harus menggunakan floating strap. Padahal foto-foto dan rekaman diterjang ombak tadi adalah momen yang langka. Sangat sangat langka. Apalagi momen lucu di mana pas si Jihad dihantam ombak besar dari belakang tadi. Hahaha.... Dan masih banyak rekaman lucu lainnya. Hadeh.. Biarlah dia membekas di dalam hati saja. Hmmm… *putar lagu sendu* hehe…

Kiri-kanan: Thox (aku), Ichad, bang Samsul, Jihad

Pokoknya kalau sampe ada yang menemukan kamera Nikon aw110 warna hitam dan memorinya berisi foto dan rekaman kami, itu adalah punyaku. Nggak apa-apa ambil aja kameranya, yang penting memorinya dikasih ke aku, setelah dicopy, aku kasih deh memorinya juga. Hehehehe….. *masih ngarep :P*

 

Well, sudah dulu galaunya, saatnya melanjutkan senang-senang bermain dengan ombak. Lupakan sejenak kamera itu. Ayo kawan-kawan kita main lagi. Kerjar ombak ituuuu...  haha…. Tentu saja foto-foto bermain ombaknya tidak bisa diposting di sini. :(





Tanjung Gorango, Morotai

Hari sudah semakin sore, saatnya kami pulang kembali ke Daruba. Tentu saja melalui jalan yang tadi. Syukurlah air di sungai belum naik, jadi kami masih bisa “meloloskan” diri. Seandainya airnya naik, berarti kami tidak bisa pulang sore ini. Hehe..

Perjalanan pulang ke Daruba, Morotai

Suasana perjalanan pulang ternyata enak juga. Pemandangannya lain dari arah berlawanan. Apalagi pas melalui jalanan yang berada di ketinggian. Samudera Pasifik lagi-lagi kelihatan sangat indah dari atas sini. 

Perjalanan pulang ke Daruba, Morotai. View Samudera Pasifik

Sampai di Daruba sudah sore. Siap-siap menikmati sunset. Aaahhh… sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Tanjung Gorango, sepertinya aku akan sangat merindukan tempat ini. 

***


Tips perjalanan ke Tanjung Gorango

  • Sebaiknya menggunakan mobil sendiri/sewa.

  • Perjalanan bisa dilanjutkan sekalian ke Tanjung Sopi, masih ke arah utara Pulau Morotai. Katanya tempat itu sering dikunjungi bule untuk berselancar. Taman lautnya juga bagus beud -bener gak ya nulisnya :P -.

  • Suasana menjelang sore di sini rasanya gimanaa gitu. Entahlah, tapi aku suka saat matahari sore menerpa pantainya sekitar jam 15.00. Semacam ada rasa damai yang tercipta dalam hati, pikiran dan perasaan -pengen muntah yaa... Haha.. -

   *****