Dari spot snorkeling/diving Pantai Barat, kami kemudian beralih ke bagian
timur pulau. Dibandingkan dengan spot pertama tadi, spot pantai timur ini lebih
sunyi. Terlihat hanya beberapa boat yang parkir. Dari atas boat, tampak
sepertinya taman laut di sini lebih bagus dari pantai barat tadi. Mari kita
buktikan. Tante Ruth dan bunda Helen udah turun duluan. Haha…
Tante Ruth. Heppi banget yaaak....
Lady traveller kita nih... heppi banget maen airnya. hehe...
Dan benar, kondisi di sini sangat
kontras dengan spot pertama tadi. Terumbu karang di pantai timur ini terlihat
sangat sehat wal afiat adanya dan membuatku berdecak kagum dan bersyukur masih bisa menikmati
keindahannya. Ikan-ikannya juga sangat banyak dan kelihatannya sudah terbiasa
juga dengan manusia. Selama ini, belum pernah aku melihat terumbu karang sehat dan
luas membentang begini, apalagi didukung dengan visibility yang sangat baik. Baik Soft coral maupun hard coral terlihat seperti tertata rapi di sana sini. Soft coralnya lumayan banyak, terutama mulai pada kedalaman sekitar 2 meter. Tidak heran memang kenapa nama Bunaken bisa menggaung
hingga ke mancanegara.
Seumur-umur, baru kali iniliat life jacket pink unyu'2. hehe...
Wew, gak sadar dia kakinya dah mau diserbu ikan2. haha....
Oh, ya. Untuk pertama kalinya,
aku melihat langsung seekor ular laut. Ngeri sih, mengingat racunnya yang
terkenal sangat berbahaya dan lebih beracun dari bisa cobra. Namun untungnya
dia tidak agresif. Berikut ini beberapa foto yang sempat aku shoot. Maaf kalo kebanyakan, dan nggak bisa ngejelasin satu per satu. Maklum, aku masih awam soal ilmu kelautan dan perikanan. hehe...
ada ulaaaaaarrrr....!!!!
Beberapa jenis terumbu karang keras yang ada di Pantai Timur Bunaken
Oh, ya sobat sekalian, waktu ke sini, kami - termasuk saya - sempat kasih makan ikan pas lagi snorkeling. Soalnya kasian juga ikan-ikannya udah pada mendekat. Belakangan saya baru tahu, ternyata kalau kita kasih makan ikan di laut itu bisa mengganggu ekosistem laut itu sendiri. Sobat bisa googling deh, di situ banyak pendapat yang menurut saya masuk di akal sih. Jadi, kita nggak perlu tuh kasih makan, toh mereka dengan naluri kehewanannya udah bisa cari makan sendiri. Oke? hehehe... Thankss untuk pembaca yang sudah menginfomrasikan ini kepada saya :) Okeh, lanjut yaa....
Hadeh... awas.. awas woy ikan2.. bisa geser bentar gak kalian?, aku mau motret terumbu karangnya.... hehehe....
Pengen liat gimana ikannya berenang-renang bebas? nih ada sedikit cuplikannya sob. Cekidot yaa :D
Menuju Siladen Bye-bye
Bunaken…
Lho? Kog udah mau pulang aja?
Nggak jadi gitu ke Siladen? Hmmm… Apa mungkin karena sudah sore atau gimana? Kog tukang perahunya nggak konfirmasi atau sekedar ngomong gitu kalo nggak akan ke Siladen? main jalan aja boatnya menuju Manado. Hadeh... ya sudahlah, lagian udah mulai sore.
Di perjalanan, sesekali kami
melewati laut yang berombak dan sampah-sampah berserakan. Kelelahan tampak di
wajah teman-teman. Semua pada tidur, kecuali aku yang tidak bisa tidur karena waspada dengan kondisi lautnya. Mudah-mudahan saja teman-teman tidak keberatan foto lagi bobo-nya ada di sini. Maaf yaa. hehe....
Mungkin mereka lelah...... hehe
Tiba di pelabuhan Calaca, aku
lihat mba’ Evi kembali ngobrol dengan tukang perahu. Sepertinya berhubungan
dengan tambahan harga dan pelayanan yang tidak sesuai. Mulai dari masalah perahu katamaran hingga spot Siladen yang kelewat. Sebagai konsumen atau pengguna jasa, tentu kami dirugikan. Ini memang bukan hanya masalah uang, tapi bagaimana memperlakukan konsumen dengan profesional. Si bapak pun tetap dengan pendiriannya. Akupun ikut-ikutan komplain. Kasihan juga liat mba Evi
sendirian. Setelah proses pembicaraan dan pembayaran, kamipun
berlalu.
“lain kali cari perahu lain saja
ya,” terdengar kata bapak itu dari kejauhan. Heh, kutahan lagi esmosi ini yang
kalau diakumulasi dari awal sampe sore itu, sudah tumpeh-tumpeh sebenarnya. Haha...
Ya sudahlah. Tidak ada gading
yang tak retak. Insiden ini menjadi pelajaran. Memang sudah banyak wisatawan yang mengeluhkan kejadian yang hampir sama seperti ini. Bahkan kakakku sebelumnya sudah mewanti-wanti tentang hal-hal begini. Sebagai orang Manado yang notabene tuan rumah, akupun kecewa dan merasa tidak enak. Mudah-mudahan kejadian ini adalah
satu-satunya kejadian tidak mengenakan di perjalanan mba Evi dan teman-teman hingga selesai nanti.
Terima kasih teman-teman untuk kebersamaan yang singkat ini, terima kasih Bunaken atas pengalaman yang berharga, terima kasih bapak tukang perahu, semoga bisa lebih baik di masa mendatang
***
Tips perjalanan ke Bunaken:
Hati-hati dengan calo. Dari
beberapa sumber yang aku baca, tidak semua orang yang menawarkan boat ke Bunaken
di pelabuhan Calaca mempunyai boat sendiri. Bisa jadi dia calo, sehingga tidak
sedikit wisatawan yang merasa tertipu karena mendapati harga sewa di atas
normal.
Untuk ke Bunaken, berdasrkan survey
harga yang aku lakukan bulan November-Desember 2014 ini, rata-rata untuk boat
seharian dibuka dengan harga 800-850 ribu, dan biasanya ditawarkan maksimal 2
(dua) spot snorkeling. Namanya buka harga, artinya masih bisa ditawar. Terdapat
kapal regular dengan tarif sangat murah, tapi agak sulit mengatur waktu
snorkeling dengan jadwal keberangkatan dari dan ke Bunaken.
Sebaiknya membawa kamera under water dan alat snorkeling
sendiri (masker, fin, snorkel). Mau sewa juga bisa, tapi harganya lumayan
mahal.
Sebaiknya berangkat di pagi hari.
Pilih boat dengan tukang
perahunya yang pelayanannya baik, tidak seperti yang kami dapatkan. Agar tidak
kecewa. Jangan lupa meyakinkan kembali rute yang akan ditempuh sebelum
berangkat. Bisa tanya-tanya teman atau kenalan yang pernah ke Bunaken. Biasanya
mereka punya nomor kontak tukang perahu recomended
yang bisa dihubungi.
(Bunaken, 26 Desember 2014) Entah sudah berapa banyak ulasan tentang Bunaken. Ditambah lagi nih satu dariku. Setiap orang punya kesan berbeda ketika mengarungi keindahannya. Rasanya tidak akan cukup hanya dengan untaian kata menceritakannya. Bahkan kamerapun seolah tidak akan mampu menggambarkan keseluruhan pesonanya. Kenapa tidak dari dulu aku berkenalan dengan tempat ini? hmm....
Akhirnya, bisa narsis di sini. hehehe....
Galau nggak tahu libur Natal di
Manado nanti mau ke mana, akhirnya nemu thread
di salah satu forum travelling. Niatnya
sih pengen ke Bunaken. Ternyata ada yang mau trip selama beberapa hari di Sulawesi
Utara, Gorontalo dan Sulawesi Tengah. Langsung aku join yang di Manado, yang
kebetulan ada jadwal ke Bunaken pada tanggal 26 Desember 2014. Dari Tobelo
tanggal 25, berarti ada waktu sehari istirahat setelah perjalanan dari Tobelo
ke Manado. Aku menghubungi mba’ Evi yang bikin trip tadi, dan membicarakan segala
sesuatu terkait trip sehari ke Bunaken.
Peta T.N. Bunaken (sumber: dephut.go.id)
Siapa yang tidak kenal dengan Taman Nasional Bunaken? Siapa? hayo?? Kebangetan dah kalo lom pernah dengar. Namanya sudah
mendunia. Taman Nasional yang terletak di teluk Manado, Sulawesi Utara ini terdiri dari Pulau
Bunaken, Pulau Manado Tua, Pulau Montehage, Pulau Siladen, Pulau Nain dan
Tanjung Pisok. Terletak di Segi Tiga Terumbu Karang Dunia (Coral Triangle), menjadikannya
habitat bagi ratusan spesies terumbu karang, ikan dan mamalia laut. Tidaklah
mengherankan jika pesona taman lautnya itu menjadi magnet bagi para penyelam
dari berbagai penjuru dunia. Tidak hanya itu, di daratannya juga menyimpan
ekosistem yang mempunyai daya tarik tersendiri, seperti rusa, kuskus -bukan nama forum itu lho yaa-, burung laut,
kepiting dan hutan mangrove. Terdaftar sebagai Taman Laut pada tahun 1991,
menjadikannya pula sebagai salah satu taman laut pertama di Indonesia. Kemudian
terdaftar di UNESCO pada tahun 2005.
Dari mba’ Evi aku memperoleh
informasi, ternyata sudah mem-booking
kapal katamaran menuju Bunaken dan Siladen. Katamaran adalah sejenis kapal
kecil yang dilengkapi dengan kaca berukuran kecil yang ditempatkan di bagian
bawah (lantai) kapal sehingga bisa melihat bawah laut dari atas perahu dengan
jelas tanpa harus nyebur.
Dari penginapan, kami sarapan
pagi masakan khas Manado, yaitu Tinutuan atau Bubur Manado. Sebagai orang
Manado yang sebenarnya asli Minahasa, aku menjadi tour guide dadakan. Meskipun pengetahuan liku-liku jalan dan
transportasi di Manado belum terlalu di-update karena jarang pulang kayak bang
Thoyib, tapi untuk tempat-tempat yang umum begini mah gampang. Hehe..
Mari makaaan...
Kenyang euy... hehe...
Eh, tunggu. Orang sini tapi kog ikutan
trip ke Bunaken? Lha iya. Kan belom pernah. Lha gimana sih masak orang sini
belom pernah ke Bunaken? Setidaknya pertanyaan itu sering terlontar selama ini dari
teman-teman yang heran kalau aku belum pernah ke Bunaken. Sebagai orang Manado, aib banget dah rasanya yaa kalau udah tuir begini
belom pernah menginjakkan kaki (bukan nginjak2 karang lho yaa) di salah
satu taman laut terkenal di dunia yang letaknya di kampung halaman
sendiri. Udah.. udah… mari
lanjut ceritanya. Hehe…
Setelah makan, sekitar jam 10
lebih, kami menuju ke pelabuhan Calaca. Tidak sulit menjangkau pelabuhan yang letaknya dekat dengan pasar 45 Manado. Agak molor memang dari rencana awal, tapi
ya nggak apa-apa. Yang penting kan perahunya sudah dibooking seharian.
Tiba di Pelabuhan Calaca dan… awal yang mengecewakan
Sampai di pelabuhan Calaca, sudah
banyak yang menawarkan jasa perahu ke Bunaken. Sepintas aku lihat, rata-rata
perahunya seperti speedboat, tapi berbahan kayu. Bukan fiber glass layaknya
speedboat pada umumnya. Yang membedakan satu sama lain adalah penampilannya. Tapi
sepertinya katamaran-nya nggak keliatan.
Langsung kami mencari orang yang
sudah dihubungi mba Evi tadi. Seorang bapak yang ternyata ditemani seorang anak
kecil. Aku sempat mendengar pembicaraannya dengan mba’ Evi. Kata bapak itu, dia
tidak bisa menyediakan Katamaran. Yang ada hanyalah sebuah boat kecil dua mesin. Wew, awal yang mengecewakan. Padahal sudah deal dari awal, kog kita tahunya pas
udah nyampe. Katanya sudah dipakai sama orang lain. Lha, kalau udah dibooking duluan, kog dikasih ke orang
lain toh pak? Hadeh…. Akhirnya dengan sedikit kecewa, kami sepertinya akan naik
sebuah boat kecil. Tentu saja kesepakatan awal tadi harus direvisi lagi.
Setelah proses pembicaraan, kemudian bapak itu
bilang lagi,
”Nanti akan ada katamaran di
sana. Tapi tambah bayar 200rb ya?”
Hah? Gimana sih bapak ini. Sudah kesepakatan
dari awal harga sekian dengan katamaran, trus dengan sepihak dia ganti boat
kecil dan bilang nggak ada katamaran, dan ini malah nawarin lagi dan minta tambah
duit. Hah? *mulai esmosi*
“Pasti akan dapat perahu
katamaran di sana. Pasti ada,” katanya lagi dengan penuh keyakinan, dan membuatku berpikir... hmmm..
Okeh. Sebagai orang yang belum
pernah ke Bunaken, kita coba menurut saja.
Sempat aku ngobrol dengan bapak
itu tadi sekedar mengkonfirmasi kembali rute kita sesuai perjanjian, yaitu
Bunaken dan Siladen. Termasuk snorkeling.
Satu persatu kami naik di perahu.
Setelah personil lengkap dan barang-barang terangkut semua, perahu kemudian melaut menjauhi pelabuhan Calaca.
Laut menje
Nyebraaang... eh, bunda Helen mana yaaa???
lang siang saat itu lumayan bersahabat. Tidak ada goncangan-goncangan yang menggalaukan hati, batin, pikiran dan perasaan. Hehe... Sepanjang perjalanan tak luput dari aktivitas kunyah mengunyah. Suara bising mesin dua biji yang terkait di belakang perahu pun mendominasi selama penyeberangan. Hehe...
Pulau Bunaken dari kejauhan
Hampir satu jam perjalanan, kami
kemudian tiba di sebuah perairan dangkal dekat Pulau Bunaken. Di sini, kami dipindahkan
sebentar ke perahu Katamaran. Selama beberapa menit, kami mengamati bawah laut
dari atas perahu melalui dua buah kaca. Dari atas sini terlihat pemandangan
bawah laut yang sebagian besar karangnya sudah rusak. Meski ikannya masih
banyak dan airnya benar-benar jernih. Namun tidak menyulut rasa penasaranku,
pasti masih ada sisi yang lain yang masih bagus.
Pulau Manado Tua
Di tengah suasana menikmati
perahu katamaran, pikiranku melayang lagi terkait insiden tadi. Awalnya bilang tersedia karena sudah dipakai orang, kemudian dengan yakinnya bilang ada dengan syarat dan ketentuan
berlaku. Dan yang aku lihat, perahunya sudah standbye dan tidak ada yang pake.
Ya sudah, lanjutkan dulu enjoynya. Hehe…. Maaf kalau bagian kekesalan ini diulang-ulang.
Lumayan enak sih kalau naik katamaran ini. Setidaknya lebih luas dan lebih bebas mengamati view laut dan pulau di sekitarnya. Naik katamaran ini optional. Kalau tidak mau nyebur, ya pake ini. Kalau mau snorkeling atau diving, nggak perlu lah pake beginian. Kan view di bawah nanti lebih terpampang nyata indahnya.. hehe..
Ini nih yang disebut Katamaran
Kondisi di dalam Katamaran
Pada liatin apa hayooo....
ini kacanya sob....
Kami kemudian beralih lagi ke
boat tadi dan menuju ke Pulau Bunaken. Kalau diperhatikan, pantai di laut Bunaken ini biasa saja. Air lautnya pun keruh, tidak menarik untuk berenang. Namun pohon-pohon di pesisir pantai sangat rindang sehingga sejuk untuk berteduh atau bersantai. Terlihat ada beberapa resort di sini.
Pantai Bunaken
Pantai Bunaken
Di sini pengunjung bisa menyewa
peralatan snorkeling Rp. 150.000,- per set, wetsuit, kamera
underwater Rp. 300.000,- , guide Rp. 150.000,- dan perlengkapan scuba
diving (lom sempat tanya lebih jauh berapa biayanya). Sebagian besar kami membawa peralatan sendiri. Hanya beberapa orang
yang menyewa. Melihat harga sewanya, membuatku semakin yakin pilihan untuk
membawa sendiri peralatan snorkeling dan kamera underwater adalah tindakan yang tepat. Di salah satu tempat
penyewaan alat snorkeling yang direkomendasikan bapak pemilik perahu tadi,
kalau diperhatikan, umumnya masker dan snorkel yang disewakan kondisinya baik.
Tapi untuk fin, sepertinya kurang bagus.
Dermaga di Pantai Bunaken. Ada loket pembayaran retribusi masuk area Taman Nasional Bunaken
Pengunjung akan dikenakkan biaya masuk Kawasan Taman Laut Bunaken Rp. 7.500,- untuk wisatawan domestik, dan Rp. 200.000,- untuk wisatawan mancanegara atau buat sobat yang merasa dirimu bule'. hehehe.
Selain menyewa peralatan, di sini
ada juga yang menjual cenderamata khas Bunaken dan kaos yang ada tulisan
Bunaken-nya. Sambil menunggu life jacket
disiapkan oleh tukang perahu tadi, kami menyibukkan diri dengan belanja. Tentu
saja sarat dengan tawar menawar dengan peluang keberhasilan menawar sangat
tipis bahkan cenderung mustahil. Selihai apapun sobat menawar, sepengalaman apapun sobat malang melintang dalam dunia tawar menawar, jangan harap bisa
menggoyahkan batin sang penjual. Rata-rata cuman dikorting paling banyak
Rp.5000,-. Hehe…
yuk mariii... dipilih.. dipilih..
“… kan perjanjiannya ada life jacket. Kalau tidak ada life jacket, saya tidak mau berangkat..,”
demikian kurang lebih aku mendengar mba’ Evi yang komplain ke tukang perahu.
Ternyata mba Evi bisa galak juga. Ih, takuttt.. hehe.. pura-pura nggak lihat
aahh…. Eh, tapi kalau dipikir-pikir, ada benarnya juga. Agar penyedia jasa
perahu bisa lebih professional mengatur sebuah perjalanan wisata dengan aman
dan nyaman. Kadang kelalaian akan hal yang dianggap sepele seperti ini bisa
berakibat fatal.
Melihat insiden kecil itu, aku
tiba-tiba tersadar, lho, tadi waktu nyebrang kurang lebih sejam… life
jacketnya….. hmm… ya sudah, Alhamdulillah penyeberangan dari Manado ke Bunaken
tadi aman.
Setelah lama sekali menunggu,
akhirnya life jacket yang kelihatan
kurang layak pakai itu lengkap. Kami kemudian menuju ke boat untuk snorkeling
ke dua spot dan ke Siladen.
tunggu woy... pelan2. tak kan lari gunung, eh, perahu dikejar. hehehe....
Spot pertama: Pantai Barat
Bunaken
Sekitar 10 menit perjalanan dari pantai Bunaken tadi,
tibalah kami di spot pertama, pantai barat Bunaken. Sepanjang perjalanan kami
melihat sudah banyak yang snorkeling maupun diving di spot ini. Berbagai macam perahu bertebaran di sana sini.
Perahu lainnya yang lagi snorkeling/diving
Kami diturunkan di
sisi perbatasan antara area dangkal dan tebing bawah laut yang dalam. Untuk
yang tidak terbiasa dengan dalamnya air laut mungkin akan panik atau takut.
di sini spot snorkeling kami sob.
Di
sini ikan-ikannya banyak dan kelihatannya sudah terbiasa dengan manusia alias easy going bin friendly. Airnya jernih. Namun
sayangnya, terumbu karang di bagian yang dangkal sudah banyak sekali yang hancur. Ingin beramah-tamah dengan ikan-ikannya? tinggal diam dan tenang, ikan-ikan itu akan menghampiri, meski sobat tidak membawa makanan. Tapi kasihan juga melihat ikan-ikannya sudah memberanikan dirinya bermain dengan kita, tapi nggak dikasih makan. Seharusnya nyimpan beberapa nastar yang dibawa bu' Ruth tadi. hehehe....
Aku kira ini mba' Evi. Ternyata mba' Femz. Coba kalo bawa jaring tadi yaaa...
Awalnya agak kecewa dengan kondisi terumbu karang di sini. Namun saat melihat jurangnya, wow... indah sekali. Aktivitas wall diving sepertinya cocok di tempat
ini. Airnya jernih banget. Sesekali aku mencoba freediving ke tebingnya. Tidak salah memang kata beberapa artikel yang pernah
aku baca, bahwa taman laut Bunaken itu merupakan spot diving dengan
visibilitinya salah satu yang terbaik di dunia. Bagaimana penampakannya?
Silahkan simak beberapa fotoku ala amatiran berikut ini. Beberapa teman yang beruntung melintas di depanku sempat kufoto. Hehehe...
Karena pengetahuanku tentang dunia bawah laut masih minim, belom bisa menjelaskan panjang lebar apa ini apa itu. What you see is what you get lah. Hehehe…
nyari apa mba' Eva? hehe...
hadeehh...., si Ali tiba2 muncul di balik batu...
bolang siii bolang....
Sepertinya tempat ini memang lebih cocok untuk wall diving. Atau bagi yang baru belajar snorkeling, bisa memanfaatkan bagian dangkalnya. Tengah hari atau siang bolong kelihatannya merupakan waktu terbaik di sini. Posisi matahari yang bergerak semakin ke barat mungkin bisa lebih menerangi bagian wall-nya.
Oh, ya. Ada video amatiran nih. Singkat banget, sebagian besar isinya nggak sengaja kerekam. Karena pas lagi nyoba-nyoba tekan tombol video waktu snorkeling, eh, tak tahunya udah ngerekam. Jadinya nggak beraturan. Haha... Tapi dibuang sayang. Berikut ini cuplikannya. Hehe...
Setelahtidak puas beberapa
lama mondar mandir di sini, saatnya beralih ke spot berikutnya yang
terletak di bagian timur pulau Bunaken yang disebut Pantai Timur yang
katanya lebih bagus. Kesannya spot pertama tadi "hanya" pemanasan saja.
hehehe...