Search This Blog

Pages - Menu

Thursday, 1 January 2015

Belajar Diving day#4, Last day : Menanam Terumbu Karang Hingga Nongkrong di Parkiran Motor Bawah Laut Pantai Malalayang


(Manado, 3 Desember 2014) 
Berkenalan dengan dunia scuba diving dan bergaul dengan orang yang punya passion dalam bidang ini menumbuhkan kesadaranku akan betapa berharganya kelestarian bawah laut terutama di kawasan pantai Malalayang, Manado.
 
Tak terasa, tiba juga di hari ini. Hari terakhir kursus diving :( . Kegiatannya berupa fun diving saja. Fun Diving? Hmm… kedenganrannya menyenangkan. Tapi sayangnya, kondisi laut sedang tidak lagi fun. Laut sedang bergelombang. Ombaknya lumayan bergelora. Apa akibatnya? Kabur coy lautnya. T-T. Tidak hanya itu, di bawah laut nanti, bisa dipastikan akan terasa goyangannya. Hehe… Coach menawarkan kepadaku, apakah sesi fun diving hari ini ditunda besok saja. Atau bisa juga nanti saat aku balik ke Manado lagi. 

“Bisa ditunda. Yang jelas, saya masih punya hutang diving sama anda. Nanti kapan ada kesempatan ke Manado, kabarin saja,” kata coach.

Setelah ditimbang-timbang, aku memutuskan untuk menyelam saja hari ini. Meski mungkin tidak terlalu fun karena lautnya yang kurang mendukung, namun aku pikir kondisi ini akan menjadi sebuah tantangan dan akan memberi kesan serta nuansa tersendiri. Oke, aku mau turun coach. Kebetulan hari ini ada kegiatan penanaman terumbu karang. Bisa sambil liat-liat atau bantu-bantu melestarikan terumbu karang di pantai Malalayang ini. Ternyata kegiatannya direkam juga sama TV asing. Wah, bisa numpang eksis nih. Meski jadi figuran dan tidak dibayar. Hehe…
terumbu karang yang akan ditanam
Dari warung Boboca, kami menuju ke arah Kalasey. Masuk di salah satu dermaga yang sepertinya tempat ini bekas resort. Masih di perairan pantai Malalayang.

“Dulu di dermaga ini tempatnya dugong,” kata Ghe’, seorang diver perempuan senior. Melalui Ghe’ inilah, keberadaanku sebagai diver junior di sini dititipkan coach tadi. Hehe…

Disamping dugong, mandarin fish dan beberapa spesies langka lainnya dahulu masih mudah ditemui di beberapa titik di sepanjang pantai Malalayang. Sejak kegiatan reklamasi pantai bergeliat, spesies-spesies tersebut makin jarang terlihat.
boat yang digunakan menuju spot diving
Dengan menggunakan boat, kami bergerak ke spot pertama. Spot ini adalah sebuah parkiran motor bawah laut di pantai Malalayang. Parkiran motor? Bawah laut? yoi sob. Jadi, motor-motor tersebut adalah sitaan kepolisian Manado yang kemudian oleh para penyelam setempat motor-motor tersebut “diparkirkan” di bawah laut. Oh, ya. Ada hal yang mungkin mengerikan bagi sebagian orang apabila mengetahui cerita dibalik motor-motor tersebut. Apa itu? Sebagian dari motor-motor itu adalah bekas kecelakaan yang pemiliknya bahkan sudah meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut. Iiiiiiiiiiiiiiihhhhhh… Eh, tapi aku kog nggak takut yaa? Mungkin karena nyelamnya rame-rame. Ada kurang lebih 8 orang yang mau turun. Aku nanti ikut om Arie atau Ghe. Pokoknya patokanku kedua orang tadi. Hehe…

Briefing dulu oleh salah satu diver perempuan. Kelihatannya udah senior. Rencananya dia hanya turun satu kali saja, karena harus mengurusi acara ulang tahun anaknya. Karena ada dua orang asing, jadi mba’nya briefing pake bahasa Inggris.
briefing dulu sebelum turun
Tadi sebelum turun, om Fani sempat nyeletuk,”sedia Rp. 5000 yaa.” Akupun menanggapinya dengan serius sambil bertanya dalam hati, buat apa ya?? Ternyata beberapa teman juga ada yang bertanya-tanya.

“Parkiran di manado sekarang sudah Rp.5000 untuk motor,” lanjut om Fani. Whaaattt??? Hahahahahahahahahahaah… Bisa aja si om.

Oke, mari turun. Dari semua peserta, ternyata ada salah satu yang berubah pikiran, mba’ Dewi. Karena sudah lebih dari setahun tidak diving, mungkin masih perlu penyesuaian lagi. Jadinya mba Dewi mengurungkan niatnya.

siap semua? satu.. dua.. tiga.. hehe
Penanaman Terumbu Karang
Seperti diprediksi sebelumnya, air lautnya kabur. Visibilitinya kira-kira 4 meter. Perlahan-lahan turun, sampai juga di spot pertama. Sebuah house reef buatan dimana kami akan menanam terumbu karang di situ. Sama sekali aku tidak tahu bagaimana caranya. Jadi awalnya mengamati apa yang dilakukan teman-teman dulu. Kemudian baru mencoba menanam. Caranya adalah dengan mengaitkan terumbu karang pada tatakan rangka besi yang dibentuk sedemikian rupa. 
silahakan terumbu karangnya...
rangkaian besi tempat terumbu karang ditanam
seperti ini cara nanamnya. tinggal dikait
mudah2an tumbuh subur dan rimbun. yang kutanam itu yang di tengah dengan kait warna hitam
Ternyata menanam karang semudah itu yaa… Mudah-mudahan karang yang kami tanam hari ini bisa tumbuh dengan baik dan rimbun. Meski masih baru, rasanya senang sekali bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini bersama orang-orang yang peduli dengan lingkungan laut Pantai Malalayang yang katanya proses reklamasinya masih bisa berlanjut. hmm. Kegiatan pelestarian ini bisa dikatakan sebagai salah satu upaya “mempertahankan” bagian pantai yang tersisa.
Parkiran Motor Bawah Laut

Kemudian kami beralih ke parkiran motor atau Motorcycle House Reef di sebelahnya. Pemandangan yang aku lihat tidak sesuai ekspektasi. Bukan karena keruhnya air. Tapi kondisi motor yang sudah berkarat dan kusam. Ya iya lah, namanya juga udah direndam di bawah laut. hehe… emangnya ekpektasiku apa? Oke, tadi aku mau cari Kawasaki ninja RR, tapi tidak ketemu. Haha… Aku juga ngebayangin motor-motor warna warni gitu kayak di parkiran Mantos. Ternyata yang ada hanya motor karatan. Tapi justru di situ ada daya tariknya. Yaitu motor-motor tersebut sudah menjadi rumah bagi ikan-ikan dan biota laut lainnya. Aku bahkan jadi lupa nuansa mistisnya karena saking asiknya mengamati hewan bawah laut yang menjadi penghuninya. Padahal suasana laut yang keruh sepertinya menambah ke-angker-annya. Hehe…
selamat datang di parkiran motor bawah laut Pantai Malalayang. biaya parkir Rp. 5000,-. hehe...
parkiran motor ini dipadati ikan-ikan.
dipilih.. dipilih... hehe..
tadi parkirnya di mana yaa... lupa... hehe...
Itu yang lagi syuting...
ada yang berminat menyewa? hehe...
eh, itu tangannya siapa ya?

ini ikan apa ya namanya? ada yang tahu?
ukurannya kecil-kecil. kalau diperhatikan, kayak lele. ada kumisnya.
Selesai di spot ini, kami kemudian beristirahat di warung, sambil menunggu penyelaman kedua. Kali ini di Boboca House Reef, sama seperti pada hari pertama dan ketiga. Kami mempersiapkan peralatan, sambil menunggu persiapan kru tv tadi dan berharap semoga gelombang laut bisa berkurang.
Reruntuhan Bekas Gazebo di Boboca House Reef, Pantai Malalayang
Ternyata gelombang laut masih sama seperti tadi. Kamipun bersiap-siap turun. Kali ini dengan seorang ibu-ibu dengan BCD-nya dipenuhi pin boneka dan bunga-bunga warna warni. Lucu deh.
Sebelum turun, siapkan alat dulu
Dilakukan pengecekkan alat lagi
menanti teduhnya ombak yang tak kunjung reda. hehe....
sebelum turun, narsis dulu boleh kan. hehe..
Agak susah untuk turun di pantai yang berombak. Setelah semua berkumpul, kemudian turun. Salah satu teman kembali mengurungkan niatnya untuk diving dengan kondisi laut seperti ini.
ombaknya lumayan, jadi mesti hati-hati turunnya
yess.... sampai juga di laut. hehe...
menunggu aba-aba untuk turun bareng.
Kami menuju ke laut perlahan-lahan dan turun ke bawah. Sama seperti spot pertama tadi, visibility spot ini kurang bagus. Sempat terpisah dengan kelompok yang lain, kami kemudian berlama-lama di seputaran gazebo. Sempat beberapa kali goyah tadi karena gelombang. Dahulu di gazebo ini bisa dimanfaatkan untuk underwater wedding party lho. Tapi kemudian gelombang kuat menghantamnya. Kini reruntuhan bekas gazebo ini menjadi rumah bagi beberapa jenis ikan dan biota laut.
puing gazebo yang sudah runtuh, menjadi rumah bagi biota laut
salah satu penghuni gazebo
ikan-ikan ini kerap ditemui di gazebo
salah satu penghuni gazebo
salah satu penghuni gazebo
Lama menunggu dan kondisi laut sepertinya tidak berubah, akhirnya Ghe’ memberikan aba-aba untuk naik. Kami naik di atas boat yang kami tumpangi di spot pertama. Sambil menunggu beberapa orang lain, kami ngobrol tentang hal lucu pas lagi di bawah tadi. Setelah semua lengkap, kami bergegas ke dermaga sambil menikmati senja di atas laut Malalayang. Kejadian lucupun berlanjut saat om Fani terperosok di dalam tempat penyimbapan tali jangkar di bagian depan boat. Sayangnya kurang sigap tadi sehingga tidak sempat mengabadikan moment langka itu. Hehe…
keren....
rehat...
sunset dalam perjalanan pulang...
Sampai di warung Boboca, kembali berbincang-bincang dengan coach. Tidak lupa coach me-review kembali materi-materi penting selama beberapa hari ini.

Terima kasih coach Echon dan para asisten coach atas ilmunya. Pengalaman yang aku dapatkan selama 4 (empat) hari pelatihan ini adalah pengalaman yang mahal. Jauh lebih mahal dan berharga dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan. Senang rasanya berkenalan dengan orang-orang yang punya passion pada dunia diving dan peduli pada kelestarian lingkungan bawah laut pantai Malalayang, Manado.

kiri: Coach Echon, kanan: Om Fani. Om Arie dah pulang duluan. hehe..

…Never dive alone…

…Lets enjoy 70% of our world…

No comments:

Post a Comment