(Manado, 3 Desember 2014)
Berkenalan dengan dunia scuba diving dan bergaul dengan orang yang punya passion dalam bidang ini menumbuhkan kesadaranku akan betapa berharganya kelestarian bawah laut terutama di kawasan pantai Malalayang, Manado.
Tak terasa, tiba juga di hari ini. Hari terakhir kursus diving :( . Kegiatannya berupa fun diving saja. Fun Diving? Hmm…
kedenganrannya menyenangkan. Tapi sayangnya, kondisi laut sedang tidak lagi fun. Laut sedang bergelombang. Ombaknya
lumayan bergelora. Apa akibatnya? Kabur coy lautnya. T-T. Tidak hanya itu, di
bawah laut nanti, bisa dipastikan akan terasa goyangannya. Hehe… Coach menawarkan kepadaku, apakah sesi fun diving hari ini ditunda besok saja.
Atau bisa juga nanti saat aku balik ke Manado lagi.
“Bisa ditunda. Yang jelas, saya masih punya hutang diving sama anda.
Nanti kapan ada kesempatan ke Manado, kabarin saja,” kata coach.
Setelah ditimbang-timbang, aku memutuskan untuk menyelam saja hari
ini. Meski mungkin tidak terlalu fun karena lautnya yang kurang mendukung,
namun aku pikir kondisi ini akan menjadi sebuah tantangan dan akan memberi
kesan serta nuansa tersendiri. Oke, aku mau turun coach. Kebetulan hari ini ada kegiatan penanaman terumbu karang. Bisa sambil liat-liat atau bantu-bantu melestarikan terumbu karang di pantai Malalayang ini. Ternyata kegiatannya direkam juga sama TV asing.
Wah, bisa numpang eksis nih. Meski jadi figuran dan tidak dibayar. Hehe…
|
terumbu karang yang akan ditanam |
Dari warung Boboca, kami menuju ke arah Kalasey. Masuk di salah satu
dermaga yang sepertinya tempat ini bekas resort. Masih di perairan pantai Malalayang.
“Dulu di dermaga ini tempatnya dugong,” kata Ghe’, seorang diver
perempuan senior. Melalui Ghe’ inilah, keberadaanku sebagai diver junior di sini dititipkan coach tadi. Hehe…
Disamping dugong, mandarin fish dan beberapa spesies langka lainnya dahulu
masih mudah ditemui di beberapa titik di sepanjang pantai Malalayang. Sejak kegiatan
reklamasi pantai bergeliat, spesies-spesies tersebut makin jarang terlihat.
|
boat yang digunakan menuju spot diving |
Dengan menggunakan boat,
kami bergerak ke spot pertama. Spot ini adalah sebuah parkiran motor bawah laut
di pantai Malalayang. Parkiran motor? Bawah laut? yoi sob. Jadi, motor-motor
tersebut adalah sitaan kepolisian Manado yang kemudian oleh para penyelam
setempat motor-motor tersebut “diparkirkan” di bawah laut. Oh, ya. Ada hal yang
mungkin mengerikan bagi sebagian orang apabila mengetahui cerita dibalik motor-motor
tersebut. Apa itu? Sebagian dari motor-motor itu adalah bekas kecelakaan yang
pemiliknya bahkan sudah meninggal dunia akibat kecelakaan tersebut.
Iiiiiiiiiiiiiiihhhhhh… Eh, tapi aku kog nggak takut yaa? Mungkin karena
nyelamnya rame-rame. Ada kurang lebih 8 orang yang mau turun. Aku nanti ikut om
Arie atau Ghe. Pokoknya patokanku kedua orang tadi. Hehe…
Briefing dulu oleh salah satu diver perempuan. Kelihatannya udah
senior. Rencananya dia hanya turun satu kali saja, karena harus mengurusi acara
ulang tahun anaknya. Karena ada dua orang asing, jadi mba’nya briefing pake
bahasa Inggris.
|
briefing dulu sebelum turun |
Tadi sebelum turun, om Fani sempat nyeletuk,”sedia Rp. 5000 yaa.”
Akupun menanggapinya dengan serius sambil bertanya dalam hati, buat apa ya??
Ternyata beberapa teman juga ada yang bertanya-tanya.
“Parkiran di manado sekarang sudah Rp.5000 untuk motor,” lanjut om
Fani. Whaaattt??? Hahahahahahahahahahaah… Bisa aja si om.
Oke, mari turun. Dari semua peserta, ternyata ada salah satu yang
berubah pikiran, mba’ Dewi. Karena sudah lebih dari setahun tidak diving,
mungkin masih perlu penyesuaian lagi. Jadinya mba Dewi mengurungkan niatnya.
|
siap semua? satu.. dua.. tiga.. hehe |
Penanaman Terumbu Karang
Seperti diprediksi sebelumnya, air lautnya kabur. Visibilitinya
kira-kira 4 meter. Perlahan-lahan turun, sampai juga di spot pertama. Sebuah
house reef buatan dimana kami akan menanam terumbu karang di situ. Sama sekali
aku tidak tahu bagaimana caranya. Jadi awalnya mengamati apa yang dilakukan
teman-teman dulu. Kemudian baru mencoba menanam. Caranya adalah dengan
mengaitkan terumbu karang pada tatakan rangka besi yang dibentuk sedemikian
rupa.
|
silahakan terumbu karangnya... |
|
rangkaian besi tempat terumbu karang ditanam |
|
seperti ini cara nanamnya. tinggal dikait |
|
mudah2an tumbuh subur dan rimbun. yang kutanam itu yang di tengah dengan kait warna hitam |
Ternyata menanam karang semudah itu yaa… Mudah-mudahan karang yang
kami tanam hari ini bisa tumbuh dengan baik dan rimbun. Meski masih baru,
rasanya senang sekali bisa berpartisipasi dalam kegiatan ini bersama
orang-orang yang peduli dengan lingkungan laut Pantai Malalayang yang
katanya proses reklamasinya masih bisa berlanjut. hmm. Kegiatan pelestarian ini
bisa dikatakan sebagai salah satu upaya “mempertahankan” bagian pantai yang
tersisa.
Parkiran Motor Bawah Laut
Kemudian kami beralih ke parkiran motor atau Motorcycle House Reef di sebelahnya. Pemandangan
yang aku lihat tidak sesuai ekspektasi. Bukan karena keruhnya air. Tapi kondisi
motor yang sudah berkarat dan kusam. Ya iya lah, namanya juga udah direndam di
bawah laut. hehe… emangnya ekpektasiku apa? Oke, tadi aku mau cari Kawasaki
ninja RR, tapi tidak ketemu. Haha… Aku juga ngebayangin motor-motor warna warni
gitu kayak di parkiran Mantos. Ternyata yang ada hanya motor karatan. Tapi
justru di situ ada daya tariknya. Yaitu motor-motor tersebut sudah menjadi
rumah bagi ikan-ikan dan biota laut lainnya. Aku bahkan jadi lupa nuansa
mistisnya karena saking asiknya mengamati hewan bawah laut yang menjadi
penghuninya. Padahal suasana laut yang keruh sepertinya menambah
ke-angker-annya. Hehe…
|
selamat datang di parkiran motor bawah laut Pantai Malalayang. biaya parkir Rp. 5000,-. hehe... |
|
parkiran motor ini dipadati ikan-ikan. |
|
dipilih.. dipilih... hehe.. |
|
tadi parkirnya di mana yaa... lupa... hehe... |
|
Itu yang lagi syuting... |
|
ada yang berminat menyewa? hehe... |
|
eh, itu tangannya siapa ya? |
|
ini ikan apa ya namanya? ada yang tahu? |
|
ukurannya kecil-kecil. kalau diperhatikan, kayak lele. ada kumisnya. |
Selesai di spot ini, kami kemudian beristirahat di warung, sambil
menunggu penyelaman kedua. Kali ini di Boboca House Reef, sama seperti pada hari pertama dan
ketiga. Kami mempersiapkan peralatan, sambil menunggu persiapan kru tv tadi dan
berharap semoga gelombang laut bisa berkurang.
Reruntuhan Bekas Gazebo di Boboca House Reef, Pantai Malalayang
Ternyata gelombang laut masih sama seperti tadi. Kamipun bersiap-siap
turun. Kali ini dengan seorang ibu-ibu dengan BCD-nya dipenuhi pin boneka dan
bunga-bunga warna warni. Lucu deh.
|
ombaknya lumayan, jadi mesti hati-hati turunnya |
|
yess.... sampai juga di laut. hehe... |
|
menunggu aba-aba untuk turun bareng. |
Kami menuju ke laut perlahan-lahan dan turun ke bawah. Sama seperti
spot pertama tadi, visibility spot ini kurang bagus. Sempat terpisah dengan
kelompok yang lain, kami kemudian berlama-lama di seputaran gazebo.
Sempat beberapa kali goyah tadi karena gelombang. Dahulu di gazebo ini bisa dimanfaatkan untuk underwater wedding party lho. Tapi kemudian gelombang kuat menghantamnya. Kini reruntuhan bekas gazebo ini menjadi rumah bagi beberapa jenis ikan dan biota laut.
|
puing gazebo yang sudah runtuh, menjadi rumah bagi biota laut |
|
salah satu penghuni gazebo |
|
ikan-ikan ini kerap ditemui di gazebo |
|
salah satu penghuni gazebo |
|
salah satu penghuni gazebo |
Lama menunggu dan kondisi
laut sepertinya tidak berubah, akhirnya Ghe’ memberikan aba-aba untuk naik.
Kami naik di atas boat yang kami tumpangi di spot pertama. Sambil menunggu
beberapa orang lain, kami ngobrol tentang hal lucu pas lagi di bawah tadi.
Setelah semua lengkap, kami bergegas ke dermaga sambil menikmati senja di atas
laut Malalayang. Kejadian lucupun berlanjut saat om Fani terperosok di dalam
tempat penyimbapan tali jangkar di bagian depan boat. Sayangnya kurang sigap
tadi sehingga tidak sempat mengabadikan moment
langka itu. Hehe…
|
keren.... |
|
rehat... |
|
sunset dalam perjalanan pulang... |
Sampai di warung Boboca, kembali berbincang-bincang dengan coach.
Tidak lupa coach me-review kembali materi-materi penting selama beberapa hari
ini.
Terima kasih coach Echon dan
para asisten coach atas ilmunya.
Pengalaman yang aku dapatkan selama 4 (empat) hari pelatihan ini adalah pengalaman
yang mahal. Jauh lebih mahal dan berharga dibandingkan dengan biaya yang
dikeluarkan. Senang rasanya berkenalan dengan orang-orang yang punya passion pada dunia diving dan peduli pada kelestarian lingkungan bawah laut pantai Malalayang, Manado.
|
kiri: Coach Echon, kanan: Om Fani. Om Arie dah pulang duluan. hehe.. |
…Never dive alone…
…Lets enjoy 70% of our world…
No comments:
Post a Comment