Search This Blog

Pages - Menu

Tuesday, 23 December 2014

Belajar Diving day #3: Get Deeper...


(Manado, 2 Desember 2014)
Cuaca cukup cerah pagi ini. Dan akupun telat beberapa menit. Hehe.. sampe-sampe ditelpon coach tadi. Waduh, jadi nggak enak nih. Hari ini rencananya akan nyelam dua kali diselingi dengan teori. Coach dan para asisten instruktur ini on time. Sebelum jam 07.30 sudah ada di lokasi. Kecuali kalau cuaca tidak mendukung.

Latihan kali ini ditemani oleh om Fani, asisten coach yang berpenampilan nyentrik. Saat sesi praktek sebelum latihan teknik yang baru, aku disuruh mengulangi lagi materi yang sudah dipraktekan di hari-hari sebelumnya. Teknik baru yang aku pelajari hari ini di antaranya adalah bagaimana melepas peralatan selam (masker, pemberat maupun BCD) selagi di dalam laut, kemudian menggunakannya kembali. Ada juga prosedur “Emergency Ascent”, yaitu apabila dalam keadaan darurat dan kita terpaksa harus naik ke permukaan air sambil sedikit-sedikit mengeluarkan udara lewat mulut. Cara ini sebenarnya tidak terlalu aman, karena prosedur yang benar adalah harus menyelam ke permukaan dengan kecepatan 18 meter per menit atau paling tidak  9 meter per menit dan melakukan savety stop di kedalaman 5 meter selama 3 menit untuk menetralisir kadar hydrogen dalam tubuh. Jadi bisa dikatakan kalau melakukan Emergency Ascent dapat berakibat mengalami penyakit dekompresi atau bends. Dari penjelasan tadi bisa dikatakan bahwa penyakit dekompresi ini disebabkan karena nitrogen tidak dapat dilepaskan seluruhnya dari tubuh sehingga tubuh kelebihan nitrogen. Gejala dari penyakit ini antara lain gatal-gatal, sakit pada persendian bahkan kondisi terburuknya adalah bisa menyebabkan kelumpuhan bahkan kematian. Salah satu kenalanku ada yang pernah mengalami sakit dekompresi karena naik tiba-tiba saat oksigennya habis. Katanya, dia merasa sangat tidak bersemangat selama kurang lebih sebulan. Jangankan beraktifitas, bahkan untuk makan atau berbicarapun rasanya sangat-sangat tidak berselera.

Oh, ya, praktek  Emergency Ascent hari ini dilakukan di area dangkal, jadi aman. Hehehe… tadi waktu praktek juga aku sempat salah, yaitu lupa menghembuskan nafas pelan-pelan. Untung saja prakteknya di tempat yang tidak dalam. Ternyata nih ya sob, kalau prosedur itu tidak dilakukan, akibatnya bisa berbahaya bagi paru-paru kita lho. Intinya, jangan pernah menahan nafas selagi di kedalaman. Saat naik ke permukaan karena emergency ascent atau melepas regulator, hembuskan nafas sedikit-sedikit (bisa sambil nyanyi katanya, hehe…) tapi jangan sampe habis. Haha… kenapa? Karena apabila saat naik ke permukaan dan seorang penyelam menahan nafas, maka udara yang ada dalam paru-paru akan mengembang. Jadinya volume udara akan bertambah sampai dua kali lipat, sehingga pada batas tertentu bisa-bisa pecah paru-parunya. Wew… hati-hati lho. Ngeri…

Ada juga materi melayang sambil duduk bersila yang disebut “The Buddha Hover”. Keren liatnya. Sambil bersila dan melayang, bisa naik bisa turun tinggal bagaimana kita mengatur buoyancy atau daya apung melalui tarikan dan hembusan nafas. Agak susah memang pada awalnya. Untung om Fani cukup sabar ngajarinnya. Hehe…

The Buddha Hover (sumber: Googling)
Praktek kemudian dilanjutkan dengan teknik menyelam tanpa melihat, tentu saja dengan dituntun oleh buddy. Masker dilepas, pedih donk yaa matanya kena air laut, jadi aku tutup mataku sambil sesekali ngintip dikit. Lama-lama nggak perih sih. Lalu buddy tadi memegang dan menuntun kita sejauh beberapa meter. Kemudian masker ku dipakai lagi, dan tentu saja melakukan masker clearing.
Setelah beberapa menit praktek, baik di saat penyelaman pertama maupun ke dua, tentu saja kami lanjutkan dengan berkeliling. Saat berkeliling, aku baru ngeh kenapa di hari ini disuruh pakai boot yang artinya menggunakan fins jenis open heel yang berukuran agak besar yang tentu saja daya kayuhnya lebih kuat. Ya, ternyata hari ini kami menjelajah ke area laut yang lebih dalam. Wow….

Di kedalaman sekitar 15-22 meter, ternyata terumbu karang di pantai Malalayang ini cukup beragam. Banyak soft coral-nya juga. Ikan-ikan makin padat aja. Warna terumbu karang maupun ikan di kedalaman ini kelihatan kurang berwarna warni. Dan aku baru tahu saat sesi teori di jeda waktu antara penyelaman pertama dan kedua tadi, ternyata semakin dalam, secara kasat mata, ketajaman penglihatan di bawah air akan rendah karena adanya penyerapan cahaya oleh air. Kontras warna seolah berkurang atau dengan kata lain, warna warni di dalam air tidak akan tampak seperti saat kita melihat warna warni tersebut di permukaan. Pantesan waktu di dalam, kelihatan warnanya tidak terlalu beragam. Padahal kalau dilihat hasil foto yang menggunakan flash atau penerangan di bawah air, kelihatan warna warninya. Makanya kalau airnya jernih banget dan langit lagi cerah, mungkin akan lebih kelihatan keanekaragaman warnanya.

Demikian juga dengan suara. Ada perbedaan dengan di daratan. Di bawah air, kecepatan suara bisa beberapa kali lebih cepat dibandingkan di darat. Pantesan beberapa penyelam ada yang membawa besi untuk dibunyikan di dalam air sebagai penanda.
Aku belum berani foto-foto di bawah laut sampe hari ini. Mau fokus belajar dulu. Nantilah kalo udah sedikit mahir. Ahhh, padahal tanganku udah gatel banget liat objek-objek bawah laut di kedalaman ini. Naluri pengen motret kian bergelora dalam diri. Tapi dipendam dulu. Hehe.... 

Hari ini banyak sekali ilmu, baik teori maupun praktek yang didapatkan. Besok rencananya “hanya” fun diving saja. Kata coach, kalau ada yang mau ke Bunaken, nanti aku bisa diikutkan. Tapi kalau tidak, berarti akan menyelam di seputaran pantai Malalayang saja. Oke, tidak sabar untuk besok. Tapi, besok hari terakhir kursus :(

***
Tips dari pemula. Sotoy nih. Hehe...:
  • Baca dan pelajari buku panduan. Ada materi-materi fisika di situ, mungkin nyelimet. Tapi yang penting bisa dipahami maksudnya;
  • Jangan khawatir kalau belum luwes melayangnya. Mesti latihan, latihan dan latihan, terutama teknik melayangnya. Jam terbang juga penting. Seperti kata pepatah, alam bisa karena biasa;
  • Di youtube banyak video teknik menyelam. Bisa jadi referensi. 
  •  
*****

Monday, 22 December 2014

Belajar Diving day #2: Hujan euy...


(Manado, 1 Desember 2014)


Ada apa ya tuh ribut-ribut di ruang depan? Aku kira cuman sang hujan aja yang ribut dari tadi, ternyata ada suara orang juga. Langsung aku melihat di ruang depan, eh, ternyata banjir. Ada air masuk ke rumah kost. Untung kamar adikku letaknya agak tinggi, jadi tidak tergenang. Tapi kasihan juga kamar yang di depan, sempat kemasukan air. Dengan cuaca begini, gimana kursus divingnya yaa? Hmm….

Waktu sudah mendekati setengah delapan, sesuai dengan perjanjian kemarin. Hujan sudah mulai reda, akupun bersiap untuk berangkat. Tanpa mandi, toh nanti akan nyebur ke laut. hehe..

Setelah sampai di warung Boboca, eh ternyata masih sunyi. Mungkin karena hujan tadi. Perut mulai keroncongan, tapi warungnya belum menjual apapun, bahkan belum buka. Sambil menunggu coach, waktu aku manfaatkan untuk jalan-jalan sebentar di pesisir pantai. Sampai ke ujung, ada satu warung yang sudah buka, dan akupun singgah sebentar untuk mengisi perut yang mulai berirama keroncong.
Suasana pagi yang mendung di Pantai Malalayang

Tiba-tiba ada bbm masuk dari om Arie. Ia telah menunggu di warung Boboca bersama dengan om Fani, asisten coach juga. Hujan sudah sedikit reda. Namun air laut di depan kami yang letaknya tidak jauh dari sungai mulai berubah warna menjadi keruh, tercampur dengan air dari sungai yang cokelat gara-gara hujan. Akhirnya kami beralih ke sisi pantai yang lain yang masih jernih.
Pindah ke sini divingnya. hehe....

Hari ini hanya sekali turun aja. Materinya antara lain “buddy breathing”. Yaitu gimana seandainya tabung kita kehabisan oksigen sehingga harus sharing oksigen dengan buddy atau teman se-penyelaman. Tidak lupa pula mempraktekkan ulang beberapa materi yang sudah diajarkan kemarin.
Praktek hanya berlangsung beberapa menit. Dan selanjutnya? Yoi… keliling-keliling. Di sisi pantai ini aku melihat ada ikan bandeng ukuran besar. Awalnya aku kira itu hiu. Ternyata bukan. Ada juga umpan yang ternyata milik orang yang lagi mancing di atas. Sempat ditarik-tarik sama om Arie. Aku kira om Arie sengaja mau iseng ngerjain orang yang lagi mancing di atas, ternyata dia bener-bener tidak tahu kalau umpan itu masih ada pemiliknya. Hehe…

Sisi pantai di sini menurutku cukup bagus untuk latihan. Area dangkalnya yang berpasir lumayan bersih, dikelilingi karang, airnya jernih dan cukup tenang. Jadi ikan-ikannya juga lumayan banyak dan sepertinya aman untuk penyelam pemula sepertiku. Bagus juga untuk snorkeling.

Oke, cukup untuk latihan hari ini. Besok akan dilanjutkan dengan materi yang lain. Semoga saja cuacanya mendukung.

never dive alone...

bersambung...

***

Sunday, 14 December 2014

Belajar Diving day #1


(Manado, 30 November 2014)

Waktu menunjukkan pukul 07.20. Akupun bergegas ke tempat latihan diving yang letaknya di salah satu warung pinggir pantai Malalayang. Tepatnya di tempat aku nongkrong kemarin di sini. Ternyata coach (demikian sebutan untuk instruktur selam) Econ udah berada di situ. Wah, jadi nggak enak nih keduluan sama instruktur. Hehe…


Suasana belajar teorinya kayak gini. Enjoy...
Langsung kemudian aku diberikan pelajaran teori. Kami duduk di dalam warung. Enak juga ternyata suasana mengajar kayak gini. Enjoy, jadi kayak lagi ngobrol aja di warung makan gitu. Pak Econ, eh, Coach maksudku, kemudian menyodorkan sebuah format surat pernyataan, di mana isinya adalah menyatakan kesiapan untuk belajar diving, dengan segala syarat dan resikonya, ditempel materai dan ditandatangani. Di bagian yang terkait dengan riwayat kesehatan, aku isi “tidak” semua. Hehe… Kemudian aku dikasih sebuah buku pentunjuk 1 star scuba diver, log book diver, dan selembar kertas berisi tabel-tabel yang aku tidak paham apa maksudnya. Hehe…
Selamat membaca... :D
Setelah selesai, pak Econ mulai memberikan teori. Ya, untuk menyelam pun harus ada ilmunya donk ya, agar bisa paham apa dan kenapa melakukan ini itu. Pak Econ memulai dengan pertanyaan,”kenapa kamu mau belajar diving?” wew, gimana ya. Ya suka aja gitu, selama ini cuman snorkeling dan freediving aja, rasanya kurang puas gitu pak, dan makin penasaran. Kira-kira begitu jawabannya. Hehe… Ditanya juga pengalamanku sebelumnya yang sebatas snorkeling dan freediving, yang katanya sudah cukup sebagai “modal awal”. Meski mungkin bisa saja sering melakukan kesalahan teknik  saat melakukannya. Iya sih, bener… selama ini aku hanya otodidak saja. Hehe…

“freediving itu bagus dan aman, yang penting tahu ilmunya”, kata coach. Bener… bener…


Kemudian coach melanjutkan dengan menjelaskan tentang struktur organisasi terlebih dahulu. Apa itu POSSI (Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia), bagaimana afiliasinya dengan CMAS (Confederation Mondiale des-Activities Sub-aquatiques), berbagai macam organisasi selam dunia dan Indonesia. Berbagai pengetahuan awal tentang diving juga dijelaskan. Kalau diperhatikan, cara menjelaskan materi pak Econ hampir mirip sama salah satu dosen favouritku di STAN dulu. Mengingat kami sama-sama orang Manado, jadi coach menjelaskannya pun sering diselipi bahasa Manado dan joke-joke ringan khas kawanua. Haha…


Coach juga menjelaskan beberapa tahapan kursus yang akan aku lewati. Yang paling membekas di pikiranku saat itu adalah saat dikasih tahu kalau selesai sesi praktek di dalam air yang cuman membutuhkan waktu beberapa menit, “setelah itu kita akan keliling-keliling…”, katanya. Aseeekkk……!!!!!! Makin antusias donk yaa.. hehe…


Setelah penjelasan beberapa menit itu, akupun disuruh berganti baju dan bersiap untuk turun. Wow… jadi gerogi. Haha…


Aku disuruh pakai baju selam yang disebut “wet suite” yang lumayan tebal dan ketat. Baru pertama kali pakai barang beginian. Kalau dilihat-lihat, bajunya mirip ultraman. Hehe… keren :D . Tak lupa maskernya sudah dikasih sabun yang kemudian harus dibilas sebelum dipakai nanti di laut. Gunanya agar tidak berembun. Dan benar saja, tidak berembun. Cara yang murah dibanding yang selama ini aku biasanya membeli antifog bermerek dengan harga berpuluh-puluh kali lipat lebih mahal dari sabun tadi. Wowww….. 


Sebelum menyelam, aku disuruh snorkeling atau dalam bahasa kerennya “skin diving” dulu selama beberapa menit. Sekalian pemanasan, dan melihat sejauh mana kemampuan awalku dalam hal bermain air di laut. Di surat pernyataan tadi juga memang ada sih kualifikasinya itu. Harus bisa berenang, mengapung, dan lain sebagainya. Hehe… Oh, iya. Tadi juga dijelaskan bagaimana cara masker cleaning di dalam air. Nah, waktu snorkeling, aku nyoba2 mempraktekkannya. Aku baru tahu, ternyata untuk mengatasi masker yang berembun selagi kita diving semudah itu. Selama ini kalau aku lagi snorkeling, rasanya rempong banget dah kalo urusan masker berembun. Jadi bersihinnya di lap pake tangan, agak dilepas, dicuci, trus dipakai lagi. Ternyata oh ternyata, itu cara yang salah kurang tepat. Hehe… Bener juga ya, kalau tidak tahu ilmunya, yaa begini, rempong sendiri. Hihi…


Selama snorkeling, aku perhatikan ternyata lautnya bersih. Ikan-ikan juga lumayan banyak, meski terumbu karang sangat minim. Aku kira di sini hanya ada batu-batuan saja. Hehe…


Setelah beberapa lama snorkeling, kemudian bersiap untuk turun. Disuruh mengenakan pemberat berjumlah 4 buah, BCD (rompi buat nyelam) yang sudah terpasang tabung, regulator dan perlengkapan lainnya yang total semuanya cukup berat. Aku didampingi oleh coach Econ. Berbekal pengetahuan awal teori tadi, akupun turun. Aku tahunya, bernafas lewat regulator, turun, equalizing, masker clearing, dan beberapa pengetahuan awal lainnya. Dan Alhamdulillah prakteknya lancar-lancar saja.


Oh, ya. Bagaimana cara masker clearing? Gampang. Tinggal dimasukin air setengah atau penuh, tanpa melepas masker lho ya, kemudian ditahan di bagian atas masker dengan satu tangan atau dua tangan dengan posisi kepala tegak agak ke atas, lalu hembuskan nafas lewat hidung, sampai airnya habis di dalam masker. That simple…!!!


Kalau dilihat di buku pentunjuknya sih, seharusnya latihan awalnya di kolam. Namun, di sini, langsung di laut, tapi tentu saja di perairan yang dangkal terlebihdahulu. Meski begitu, menurutku sih bagus ya, karena langsung terasa sensasi lautnya, dan lebih mudah menyesuaikan dengan kondisi laut di tahapan selanjutnya yang mungkin lebih dalam. Hehe.. maap, sotoy :D . Yang penting sih jangan takut dan panik. Santai saja.


Setelah latihan praktek beberapa menit, aku diajak keliling sama coach. Tidak lupa melakukan equalizing untuk menyesuaikan tekanan air dengan telinga. Apa itu equalizing? Itu lho, meniup sedikit dengan menutup hidung sehingga seolah ada udara yang menuju telinga dan terasa agak “plek” gitu di telinga. Bisa juga dengan menelan ludah atau menggerakkan rahang. Fungsinya adalah untuk menyesuaikan tekanan yang ada pada rongga tubuh kita yaitu telinga dengan tekanan bawah air di sekitarnya. Kalau tidak dilakukan, bisa rusak telinga kita.


Sepanjang penyelaman, aku kurang menyadari ternyata coach tadi men-setting sedemikian rupa BCD-ku agar aku mengapung dengan baik. Pantesan coach ada di sebelah kananku terus. Pokoknya aku cuman tahu mengayuh pake fins saja. Sesekali coach memberi tanda “ok” dengan jari untuk memastikan kondisiku, dan kubalas dengan tanda yang sama yang artinya aku baik2 saja. Nah, pas mulai agak dalam, tiba-tiba telingaku sebelah kiri terasa agak sakit. Wew… langsung aku memberitahu dengan isyarat tangan juga. Sepertinya telinga sebelah kiri gagal equalizing. Apa mungkin aku ada gejala flu ya? Waduh, kalo flu kan nggak boleh diving. Mudah-mudahan nggak keterusan, biar bisa lanjut latihan diving-nya.


Coach kemudian memintaku agar agak naik – dengan bahasa isyarat tentunya – untuk menyesuaikan sampai telinga terasa rileks, melakukan equalizing, dan kemudian perlahan turun. Ih, bener deh. Rasa sakit tadi hilang dan saat kembali ke bawah udah normal lagi rasanya. Hehe…


Kami berkeliling melihat-lihat biota laut di perairan yang tidak terlalu dalam. Ada rangkaian besi berbentuk tulisan “PHILIPS” yang ditumbuhi terumbu karang, dikerubuti ikan-ikan, ada juga anemone lengkap dengan nemo-nya :D. Katanya, sudah ada satu perusahaan ternama lagi yang minta dibikinin begituan.


Perjalanan, eh, penyelaman dilanjutkan sampai ke sebuah rangkaian besi yang belakangan aku baru tahu kalau itu semula adalah sebuah gazebo yang runtuh karena gelombang. Tentu saja rangkaian besi tadi sudah ditumbuhi terumbu karang, dan dikerubuti ikan-ikan. Bahkan di sini ada ikan-ikan besar berbentuk segitiga. Aku tidak tahu namanya, tapi ikan jenis ini sering aku lihat kalau lagi snorkeling namun ukurannya kecil. Ternyata bisa sebesar ini. Dan yang mengejutkan lagi, tidak takut dekat-dekat dengan kami. Sesekali ada yang melintas hanya beberapa centimeter di depan maupun di samping. Wow…


Di area pasir sesekali aku melihat anemone lengkap dengan ikan badut berukuran besar yang terbilang cukup agresif. Dari jauh saja ikannya udah menatap kami dengan tatapan menantang. Seolah ingin mempertahankan rumahnya dari ancaman. Padahal kan kita cuman numpang lewat aja kog. Beneran deh, sumpah, nggak bakal menggusur kalian yang lucu-lucu itu. Hehe…


Setelah beberapa lama (tapi terasa singkat sih sebenarnya ;D), kamipun naik ke permukaan. Istirahat sejenak, dan kembali coach menyampaikan materi tentang pengenalan alat. Aku baru tahu kalau SCUBA itu adalah sebuah singkatan. Hehe… “Self Contained Underwater Breathing Apparatus”, demkian kepanjangannya. Dari pengertian SCUBA tadi, satu persatu alatpun diperkenalkan. Bagaimana cara memilih alat yang cocok untuk selam, serta praktek bagaimana cara merangkainya hingga siap diajak menyelam.


Selanjutnya, siap-siap untuk turun dengan praktek yang ke dua. Kali ini bagaimana cara melayang di dalam laut, dengan om Arie sebagai asisten instrukturnya. Terlebih dahulu aku mempraktekkan bagaimana mempersiapkan alat selam sebelum digunakan. Oh, ya. Kali ini ada teman satu lagi yang ikut diving. Namanya Kres. Kelihatannya dia sudah senior.


DI dalam air, aku disuruh terlebih dahulu melakukan masker clearing separoh dan penuh, baru kemudian belajar melayang yang disebut “buoyancy”. Teknik buoyancy ini dilakukan dengan memasukkan maupun mengeluarkan udara dalam BCD sampai badan melayang di dalam air. Awalnya agak sulit memang, tapi lama kelamaan akan terbiasa. Oh, ya, teknik ini diseimbangkan pula dengan pernafasan, karena saat kita menarik nafas akan cenderung menambah daya apung. Demikian sebaliknya kalau kita menghembuskan nafas.


Dan tentu saja setelah praktek yang hanya beberapa menit itu, kami jalan-jalan lagi. Rutenya hampir sama seperti sesi pertama tadi. Ternyata di sini ada ikan pari juga. Baru kali ini lihat ikan beginian secara langsung. Di area tumpukkan gorong-gorong, aku melihat ada ikan batu (stone fish) berukuran cukup besar dengan mulut dan rangkaian gigi-giginya yang menyeramkan. Hehe…


“Besok jam-nya seperti tadi ya,” kata om Arie.

Baiklah. Nggak sabar menunggu besok. Hehe…

bersambung...  

***
Tips dari pemula. hehe...
  • Yang paling pertama adalah jangan panik;
  • Jangan sok kuat kalo lagi di dalem laut. Ada masalah dengan telinga (gagal equalizing), langsung kasih tahu instruktur atau buddy;
  • Kalo baru pertama pake regulator, kadang tenggorokan terasa kering, dan kalo dipikirin, rasanya pengen batuk gitu. Jangan panik. Telan ludah saja.
  • Enjoy;
  • Safety.. safety dan safety. Itu yg paling utama.
  • Hati-hati, kalo sekali nyoba, bisa bikin ketagihan lho. hehehe...

*****