(Pulau Dodola, Morotai, 19 April 2014)
“Setiap kali mendengar kata Pulau Dodola,
pikiranku segera menerawang membayangkan keindahannya. Pesona “jembatan pasir
putih”-nya, jernih air di lautnya yang dangkal di atas pasir putih yang terhampar luas, bau
pohon-pohonnya, dan terik mataharinya.”
|
Pulau Dodola, Morotai |
Hampir mirip
dengan tweet pak SBY yang akhir-akhir ini menambahkan hastag #HISTAL untuk
mengenang pengalaman beliau hari ini beberapa tahun yang lalu. Cuman bedanya, mantan
Presiden RI tersebut mempunyai kepanjangan Hari Ini Sepuluh Tahun Yang Lalu,
sedangkan kepanjangannya menurut versiku kali ini adalah “Hari Ini Setahun Yang
Lalu”. Hehe… Semoga beliau tidak keberatan aku pinjam akronimnya. :D
Ya, aku ingin
bercerita pengalamanku pada hari ini tepat setahun yang lalu, yang
berkesempatan kembali mengunjungi Pulau Dodola. Sebuah pulau yang membuatku
jatuh cinta saat pertama kali melihat foto-foto-nya dan makin jatuh cinta, setelah pertama kali ke sana pada tahun 2012 lalu (klik disini). Okeh, anggap saja aku terlalu berlebihan, tapi ini beneran... hehehehe…
“Kalau belum
ke Pulau Dodola, berarti belum ke Morotai”, kata salah satu temanku yang masih
terngiang di telinga.
Kisah ini –
bedeh… – merupakan bagian dari liburan long weekend di pulau Morotai pada
postinganku sebelumnya tentang Tanjung Gorango dan Sunset di Morotai (silahkan
di-klik kalo penasaran. Hehe…)
Saat itu
masih mengira-ngira kira-kira akan menggunakan transportasi apa jika ke Pulau
Dodola dari Daruba. Option pertama adalah menyewa perahu katinting, option
kedua menyewa speedboat yang lebih mahal. Namun dari pemilik homestay kami
sempat mendapat informasi, bahwa untuk ke pulau Dodola ada speedboat reguler
punya Pemda (pemerintah daerah) yang lebih murah.
|
Sarapan paginya ini. Entah apa namanya, ini khas Maluku Utara. |
Pagi-pagi
benar kami sudah bangun dan bersiap-siap. Tidak lupa sarapan terlebihdahulu. Salah satu makanan khas Maluku Utara (entah apa namanya) sudah siap di meja. Makanan ini terbuat dari beras dilengkapi dengan gula merah dan kelapa. Setidaknya itu adalah komposisi yang berhasil aku identifikasi. hehe... Dan setelah makan, kami menuju ke Pelabuhan Daruba.
Sesampainya
di sana, perhatian kamipun tertuju ke sebuah tempelan di dinding yang lumayan
membuat hati yang gundah gulana menjadi tenang. Hehehehe.... . Seperti ini penampakan tempelan tersebut.
|
Pelabuhan Speedboat/Kapal Kayu Daruba |
|
Ini dia..... |
Iya kan?
Siapa yang tidak senang cobak. Jadi tidak perlu bersusah payah mencari
speedboat atau perahu katinting, apalagi mesti capek-capek nego, paling males dah kalo urusan tawar menawar. Namun tantangan selanjutnya adalah…. Menunggu
penumpang lain yang harus terkumpul minimal 13 orang. Fiuhhh… Bengonglah kami
selama beberapa saat.
|
Suasana dermaga speedboat Daruba, sambil menunggu.... |
Tidak lama kemudian
–sejam lebih euy–, orang-orang yang ingin ke Pulau Dodola makin berdatangan.
Kamipun segera mendaftar agar tidak kehabisan kuota. Setelah kuota memenuhi forum alias mencukupi,
rame-rame dah nyebrang.
|
Akhirnya... Dodola, we're coming....!!!! |
Kami satu
rombongan dengan beberapa orang tentara dengan rombongan mahasiswa. Salah
seorang dari anggota TNI yang kebetulan meminjam perlengkapan snorkelingku
bercerita bahwa mereka mengawal para mahasiswa selama beberapa bulan yang
melakukan penelitian di belantara hutan Morotai. Dia juga mengatakan bahwa
sampai saat itu, sebagian besar penugasannya adalah mengelilingi Indonesia
dalam ekspedisi serupa. Wah, senangnya bisa ditugaskan menjelajah Indonesia.
Baru tahu aku ternyata di TNI ada penugasan seperti itu. Dia bercerita pula
pengalamannya panjang lebar menyusuri pulau Morotai lengkap dengan nuansa
mistis yang pernah dialami.
|
Pulau Dodola Besar dan Kecil, tampak dari jauh. |
Kembali ke
Pulau Dodola. Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menit, kamipun sampai
di pulau yang merupakan icon wisata andalan Kab. Pulau Morota ini. Tidak banyak
berubah dari pulau Dodola. masih asri dan indah. Bahkan kali ini aku merasa
makin menikmati keindahannya. Mungkin karena suasananya yang sunyi, sangat
berbeda sebagaimana tahun 2012 lalu yang ramai karena bersamaan dengan
perhelatan Sail Indonesia di Morotai.
|
Speedboatnya menepi di sini untuk menurunkan penumpang |
Kami kawan
bertiga, aku Jihad dan Ichad, awalnya menuju ke bagian dermaga kayu kemudian
lanjut menyusuri pantai di sebelah kiri pulau. Sunyi sekali di sini. Kami
melihat seorang bapak nelayan yang sedang beraktivitas, menjemur ikan yang mungkin
akan dijadikan ikan asin. Morotai juga dikenal sebagai penghasil ikan asin di
Maluku Utara lho. Salah satu teman di kantor sering memesan ikan asin dari Morotai
sebagai ole-ole ketika mudik ke kampung halamannya. Btw, halaman berapa emang?
Hehehe…..
|
Menyusuri bagian kiri pulau Dodola Besar |
|
Seorang nelayan yang sedang menjemur ikan di atas perahu katinting |
Kami kemudian
kembali ke dermaga kayu tadi. Aku ingat betul dua tahun yang lalu, ada papan
namanya yang berdiri di dekat dermaga ini. Namun sekarang sudah tidak nampak
lagi. Kutengok kiri kanan barangkali papan namanya udah berpindah tempat atau mungkin lagi sembunyi.
Hehehe…. Ternyata tiangnya udah patah dan terbiar terlantar dan diabaikan di
antara semak belukar. Kasihan… Tapi, oh, thanks God, tulisannya masih utuh dan
jelas terbaca. Segera kami giring ke dermaga dan diajak foto bersama *terharu*
|
Dermaga kayu di Pulau Dodola. Kami bertiga aja, kiri-kanan: Jihad, Ichad, aku. |
Ingin rasanya
nyebur bermain air di seputaran dermaga kayu ini. Siapa cobak yang bisa nahan
godaan air laut biru tosca dengan gradasi warna memukau sejernih kristal.
Hadehhhh….
|
Pengen loncat.... @_@ |
|
Pengen nyebur... @_@ |
Kami dengan
berat hati sepakat melewati sesi nyebur di bagian dermaga ini untuk menyisir
bagian lain pulau yang tak kalah menggoda. Apa lagi kalo bukan meniti “jembatan
pasir putih” menuju ke Pulau Dodola Kecil. Adalah hamparan pasir putih yang luas dan panjang, yang akan muncul tatkala air laut surut dan menghubungkan Pulau Dodola Besar dan Pulau Dodola Kecil.
Di pulau Dodola terdapat taman, pohon-pohon yang rindang, cottage dan bangunan pertemuan yang bisa disewa. Mau bakar ikan? silahkan... hehe...
Di pulau ini banyak ditumbuhi pohon-pohon, di antaranya pohon pinus, juga pohon-pohon yang mungkin sebangsa pinus. Nggak tahu namanya apa. hehe... Oke, mari kita lanjut ke "Jembatan Pasir Putih"-nya. Ini dia...
|
Di atas "Jembatan Pasir Putih" di Pulau Dodola. Tampak di seberang sana Pulau Dodola Kecil yang imut. hehe.... |
|
Di atas "Jembatan Pasir Putih" di Pulau Dodola. Di seberang sana Pulau Dodola Besar. |
Siapa cobak
yang mau bilang “jembatan pasir putih” ini tidak indah??? Hayo siapaa??? Aku
aja yang mengetik bagian ini merasa masih merinding, terharu, berbinar bahkan
hampir speechless karena sambil membayangkan keindahannya. Duuuhhh….. hehe..
|
I Love Dodola.... |
|
Thanks God I'm Here... Pulau Dodola.... |
Foto di atas tampak pulau Dodola Besar di belakang. aku jadikan backround blogku ini. :D Oke, lanjut yaaa foto2nya. hehehehe..... Kali ini dengan Pulau Dodola Kecil tampak di belakang kami.
|
Di atas "Jembatan Pasir Putih", tampak belakang: Pulau Dodola Kecil. |
Penasaran dengan bentuknya di atas ketinggian, akupun mencoba memanjat di sebuah batang pohon di Pulau Dodola Kecil. Nggak sampe ke atas banget sih. Kamera dan tripodnya berat euy... hehehe.. Nah, seperti ini penampakannya dari atas.
|
Pulau Dodola dari ketinggian yang nggak terlalu tinggi. hehehe.... |
Salah satu
tempat favouritku di sini adalah hamparan pasir putih luas dengan sisa-sisa air
laut yang semakin surut tepat berada di sebelah kanan Pulau Dodola kecil.
Pemandangan putih luas dan nyaris tersambung dengan pulau Kolorai nun jauh di
sana semakin melengkapi pesonanya. Tak jarang ratusan mungkin bahkan ribuan
burung camar sering menyambanginya, yang kemudian segera bubar tatkala aku
mencoba mendekatinya.
|
Di ujung sana ada rombongan burung camar lagi arisan. Keliatan nggak?? |
Suatu ketika salah seorang teman, sebut saja namanya Benny, hehehe..., menanyakan tentang letak di mana di Pulau Dodola ini, hamparan pasir putih yang membentuk bekas riak-riak ombak. Akupun penasaran. Oke, I'm in a mission. Sebagai teman yang baik hati, tidak terlalu sombong dan rajin menabung, aku coba cari yaa bro, mudah-mudahan ketemu. Hehehe...
Katanya lagi, mungkin di atas "Jembatan Pasir Putih" antara Dodola Kecil dan Besar. Dan suatu ketika hampir sebulan setelah liburan ini (tanggal 14 Mei 2014) -alhamdulillah ke sini lagi :D- secara tidak sengaja aku menemukan riak-riak yang mungkin itu yang dimaksud bang Benny. Namun letaknya di hamparan pasir putih setelah pulau Dodola Kecil ini -yang aku bilang tempat favoritku di atas itu lho. hehe... -. Agak jauh memang, dan biasanya orang-orang jarang ke sana. Mungkin jejak riak-riak itu bisa terbentuk di "Jembatan Pasir Putih" atau area yang lain, tergantung mood-nya si ombak kali yaaa. Ya iya lah, suka-suka si ombak donk yaa, gak boleh maksa. Kalo mau, coba bikin aja sendiri. hehehe.... Berikut penampakannya @_@
|
Riak-riak di atas pasir ini.. indah sekali... |
|
Liat riak-riak di atas pasir yang bersih begini, jadi pengen tidur2an. hehehe.... |
Setelah belum
puas menjelajah Pulau Dodola Kecil, kami kembali ke Pulau Dodola Besar. Tapi sebelumnya, kami duduk-duduk berteduh sejenak melepas lelah di bawah rimbunnya pohon di Pulau Dodola Kecil, sambil menikmati indahnya pulau-pulau dan laut yang berjulukan "Mutiara di Bibir Pasifik" ini.
|
Berteduh sejenak di Pulau Dodola Kecil |
|
Berteduh di Pulau Dodola Kecil sambil narsis adalah kewajiban. haha.... |
Dari Pulau Dodola Kecil, kembali kami menuju Pulau Dodola Besar. Di sini
aku kemudian mengobati kekecewaan terpendamku dua tahun yang lalu. Apa itu?
Menikmati laut di Pulau Dodola. Berenang cuyyyyy…… hihihihi…. *tertawa tante
girang*
|
Siap-siap mau nyebur... |
|
foto dulu lah.. pinjem sebentar fins-nya buat pemanis buatan. hehe... |
2 (dua) tahun yanglalu aku mengira pantai di depan pulau Dodola ini cukup dalam, karena warna
hijau gelap air laut yang berjarak beberapa meter dari bibir pantai. Setelah aku
berenang, eh ternyata aku salah besar. Area yang aku anggap dalam tadi ternyata
relatif dangkal. Mungkin hanya sekitar 2 meter-an. Warna hijau gelap yang
nampak dari atas itu karena rumput yang tumbuh di dasar pantai. Jarang kulihat
terumbu karang. Namun sempat menemukan beberapa anemone lengkap dengan ikan badutnya.
Air lautnya yang tenang makin membuatku bersemangat berlama-lama berenang.
Sayang sekali aku tidak bisa mengabadikan kondisi bawah lautnya, karena kamera
underwater-ku diambil sama Tanjung Gorango pada hari sebelumnya *sedih*
|
Yesss... nyeburrrr....!!!!! |
Siang
semakin lewat mendekati sore. Kamipun harus bersiap-siap untuk kembali. Air di bagian pantai semakin surut juga. Suasana sore menurutku semakin indah. Terangnya mentari yang tidak seterik siang tadi yang mulai miring ke arah barat membentuk bayangan pohon yang disinarinya menambah nuansa tentram di pulau ini. Hmmm.... berat rasanya harus berpisah lagi denganmu Dodola...
|
Menjelang sore di Pulau Dodola. |
Kemudian pura-pura tersadar, kalau hari
ini adalah hari minggu, dan besok Senin harus ngantor lagi. Rasa rindu dengan Pulau
Dodola pun mulai tumbuh seiring dengan berpisahnya speedboat dari bibir pantai
menuju kembali ke Daruba.
|
I'll miss you, Dodola @_@ |
Pikiranpun tambah kalut karena sore harinya harus kembali pulang
ke Tobelo. Hadehhh :( *sambil menatap kondisi ombak*
Seperti pada
postingan pulau Dodola sebelumnya, aku ingatkan, hati-hati dengan terik panas
mataharinya. Terlalu enjoy menikmati pulau Dodola akan membuat anda lupa dengan
kulit yang semakin gosong. Hehehe….
I Love
Dodola…. I Love Morotai :D
|
Semoga suatu saat kita ke sini lagi yaakk.. hehe... (sial, posenya nggak kompak, hehe...) |
***
Tips
perjalanan ke Pulau Dodola
- Sesuai foto di atas, speedboat reguler setiap
Sabtu dan Minggu dengan tariff Rp. 60.000 PP per orang. Jangan lupa langsung
daftar biar nggak kehabisan kuota. Atau kalau rombongan dan yang lain masih sibuk
dandan, salah satu bisa datang duluan untuk booking.
- Bisa sewa speedboat mulai Rp. 500.000,- dan
silahkan nego untuk sekalian ke pulau-pulau sekitarnya, misalnya pulau Zum-zum
(tempat nyantai om Jenderal Mc. Arthur jaman perang dulu).
- Sempatkan menjelajahi hamparan pasir putih di sebelah Pulau Dodola Kecil sampe hampir mendekati ujungnya. Kebanyakan orang aku lihat jarang ke situ. Mungkin karena jauh. Padahal di situ pasir putihnya yang halus sering membentuk riak-riak ombak dan bagus buat objek foto.
- Nikmati, nikmati dan nikmati keindahannya.
Jangan takut gosong. Hehehe…
*****